THE INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR (OCB) TO EMPLOYEES’ WORK SATISFACTION IN PT AMICO ART AND CURIO SEMARANG

ABSTRACT

 

Many research conducted about the relationship between OCB and other factors, such as motivation and work satisfaction. It is not  too naïve to say that work satisfaction should be a determinant factor to deal with citizen’s obedience (OCB).

This study is aimed at finding out whether there is influence of OCB types: willingness to help other employees, citizen obedience and sportiveness simultaneously to the employees’ work satisfaction in PT Amico Art and Curio Semarang; and Seeking out the most dominant dimension regarding employees’ work satisfaction in PT Amico Art and Curio Semarang.

There are two techniques of data analysis applied in this study. They are descriptive statistics and inferential statistics. The former is required to describe the gathered data regarding to the employment. The latter deals with the utilization of double linear regression.

Based on the analyses as displayed in the previous chapters, some conclusions are presented as follows. There are influence of OCB types: willingness to help other employees (X1), citizen obedience (X2) and sportsmanship (X3) simultaneously to the employees’ work satisfaction in PT Amico Art and Curio Semarang. The influence can be seen from the value of F observed (Fo) compared to the value of F table (Ft). Theoretically, when the value of F observed is higher than F table, it means that there is influence from independent variables to dependent variables. In this case the influence is significant in 0.05 degree. This shows that the research hypothesis is accepted.

Among the independent variables, the sportsmanship variable (X3) is the most dominant to determine employees’ work satisfaction (Y). With employment of t test, the value of t observed (3.778), which is higher than t table (1.980) shows the highest compared to the other independent variables.

 

 

Key Words : Organizational  Citizenship   Behaviour   (OCB),  Employees’  Work Satisfaction

 

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PEMAKAI HOTEL JAYAKARTA YOGYAKARTA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Dengan kondisi persaingan yang semakin tinggi antar perusahaan, setiap perusahaan saling berpacu untuk memperluas pasar. Harapan dari adanya perluasan pasar secara langsung adalah meningkatnya penjualan, sehingga perusahaan akan memiliki lebih banyak konsumen. Namun ada beberapa hal yang harus dipahami oleh perusahaan selaku produsen, bahwa semakin banyak konsumen maka perusahaan akan semakin sulit mengenali konsumennya secara teliti. Terutama tentang suka atau tidaknya konsumen terhadap barang atau jasa yang ditawarkan dan alasan yang mendasarinya.

Perusahaan yang mampu bersaing dalam pasar adalah perusahaan yang dapat menyediakan produk atau jasa berkualitas. Sehingga perusahaan dituntut untuk terus melakukan perbaikan terutama pada kualitas pelayanannya. Hal ini dimaksudkan agar seluruh barang atau jasa yang ditawarkan akan mendapat tempat yang baik di mata masyarakat selaku konsumen dan calon konsumen. Karena konsumen dalam memilih barang dan jasa didasari motivasi yang nantinya mempengaruhi jenis, cita rasa barang dan jasa yang dibelinya.

Dengan adanya kualitas pelayanan yang baik di dalam suatu perusahaan, akan menciptakan kepuasan bagi para konsumennya. Setelah konsumen merasa puas dengan produk atau jasa yang diterimanya, konsumen akan membandingkan pelayanan yang diberikan. Apabila konsumen merasa benar-benar puas, mereka akan membeli ulang serta memberi rekomendasi kepada orang lain untuk membeli di tempat yang sama.

Bagi setiap perusahaan jasa perhotelan perlu berupaya memberikan yang terbaik kepada konsumennya. Untuk itu dibutuhkan identifikasi determinan utama kualitas jasa dari sudut pandang konsumen. Oleh karena itu perlu dilakukan riset untuk mengidentifikasi determinan jasa yang paling penting bagi pasar sasaran dan memperkirakan penilaian yang diberikan pasar sasaran terhadap perusahaan dan pesaing berdasarkan determinan-determinan tersebut. Dengan menganalisa tanggapan konsumen terhadap variabel-variabel tersebut maka perusahaan jasa perhotelan dapat menilai variabel mana yang belum sesuai dengan harapan konsumen. Sehingga dengan demikian dapat diketahui posisi relatif perusahaan di mata konsumen. Selanjutnya perusahaan dapat memfokuskan upaya peningkatan kualitasnya pada determinan-determinan tersebut sepanjang waktu karena sangat mungkin terjadi prioritas pasar mengalami perubahan.

Bersamaan dengan adanya perubahan lingkungan yang terjadi dan adanya perubahan perilaku manusia, maka semakin mendorong bertambahnya permintaan akan kebutuhan pemakaian jasa hotel. Semakin bertambahnya permintaan akan kebutuhan pemakaian jasa hotel dewasa ini mendorong para pengusaha di bidang jasa hotel khususnya dalam hal ini adalah Hotel Jayakarta ikut bersaing untuk menawarkan kelebihan-kelebihannya. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan untuk mempengaruhi konsumen berupa kualitas pelayanan Hotel Jayakarta itu sendiri yang dapat diberikan oleh perusahaan sehingga konsumen merasa terpuaskan.

Hotel Jayakarta merupakan salah satu alat pengusaha yang termasuk dalam usaha sarana pariwisata yang menyediakan fasilitas dan pelayanan konsumen penginapan, makan dan minum serta jasa-jasa lainnya untuk umum yang tinggal untuk sementara waktu dan dikelola secara komersial. Pada garis besarnya, perusahaan harus berusaha untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen, termasuk memahami perilaku konsumen dan hal-hal yang dapat memberi kepuasan kepada konsumen. Menyadari hal tersebut di atas, tampak betapa pentingnya usaha pemahaman akan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen untuk mencapai keberhasilan pemasaran.

Pesaing yang dihadapi oleh Hotel Jayakarta bukan hanya dari perusahaan yang mempunyai fasilitas dan pelayanan yang sama tetapi juga dari perusahaan yang mempunyai fasilitas bar maupun restoran mewah untuk tujuan wisatawan. Dalam menghadapi hal tersebut ada beberapa dimensi kepuasan yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen untuk mempergunakan jasa Hotel Jayakarta antara lain dimensi tangible, meliputi penampilan gedung hotel, interior bangunan hotel dan penampilan karyawan hotel, dimensi reliability, meliputi kemampuan hotel untuk memberikan pelayanan-pelayanan yang terbaik, dimensi responsiveness, meliputi kesediaan karyawan hotel untuk membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat, dimensi assurance, meliputi sopan santun para karyawan dan kemampuan mereka untuk membangkitkan rasa kepercayaan dan rasa percaya konsumen, serta dimensi empathy, yang meliputi rasa peduli dan perhatian secara pribadi yang diberikan pada konsumen. Kelima dimensi diatas dikembangkan oleh Pasuraman et. al. yang disebut SERVQUAL (service quality) yang merupakan suatu alat ukur terhadap kualitas pelayanan (Fandy Tjiptono, 1996 : 71).

Pada dasarnya kualitas pelayanan merupakan suatu bentuk penilaian konsumen terhadap tingkat pelayanan yang diterima (perceived services) dengan tingkat pelayanan yang diharapkan (expected services). Bagi perusahaan kuncinya adalah menyesuaikan atau melebihi harapan mutu jasa yang diinginkan konsumen.

Kepuasan konsumen akan terpenuhi apabila proses penyampaian jasa dari si pemberi jasa kepada konsumen sesuai dengan apa yang dipersepsikan konsumen. Berbagai faktor seperti : subyektivitas si pemberi jasa, keadaan psikologis (konsumen maupun pemberi jasa), kondisi lingkungan eksternal dan sebagainya tidak jarang turut mempengaruhi sehingga jasa sering disampaikan dengan cara yang berbeda dengan yang dipersepsikan oleh konsumen.

Jumlah pelanggan sangat besar pengaruhnya terhadap kelangsungan hidup perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan jasa, karena bagi perusahaan jasa, pelanggan merupakan sumber pemasukan. Semakin banyak pelanggan perusahaan, maka semakin besar pemasukan yang dapat diraih perusahaan, sebaliknya semakin sedikit pelanggan perusahaan, maka semakin sedikit pula pemasukan yang dapat diraih perusahaan.

Pelanggan akan membandingkan layanan yang diberikan perusahaan dengan layanan yang mereka harapkan. Jika pelanggan merasa puas, maka pelanggan akan kembali menggunakan jasa perusahaan dan menjadi pelanggannya yang setia serta akan menceritakan pengalamannya tersebut kepada orang lain, sehingga perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari kondisi itu, yaitu mendapatkan pelanggan yang loyal yang sekaligus membantu promosi perusahaan. Sebaliknya jika pelanggan merasa tidak puas, maka pelanggan tersebut juga akan menceritakan pengalamannya yang mengecewakan tersebut kepada orang lain, sehingga akan memperburuk citra dan eksistensi perusahaan yang akan berakibat menurunnya jumlah pemakai jasa perusahaan.

Hal yang diuraikan di atas berlaku juga bagi usaha hotel. Hotel merupakan sebuah perusahaan jasa yang tidak hanya dikenal sebagai tempat bermalam ketika jauh dari rumah, tetapi juga dikenal karena pelayanan yang diberikan. Walaupun gedung hotel dan fasilitasnya sangat menunjang akan tetapi jika tidak ditunjang dengan pelayanan yang memuaskan, maka pelanggan akan tetap merasa tidak puas. Dari uraian di atas dapat dilihat betapa pentingnya arti layanan bagi sebuah perusahaan jasa hotel.

Bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas, penulis mencoba untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen pada hotel Jayakarta dengan judul : “ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PEMAKAI JASA HOTEL (Study Kasus pada Hotel Jayakarta di Yogyakarta)”.

1.2.Pokok Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, ada dua masalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu :

1. Apakah ada gap antara kualitas pelayanan dengan kepuasan konsumen pada Hotel Jayakarta?

2. Dimensi kualitas pelayanan apa yang paling berpengaruh terhadap kepuasan konsumen pada Hotel Jayakarta?

1.3.Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai kondisi pelayanan jasa hotel terhadap konsumen. Sedangkan tujuan khusus dari diadakannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ada tidaknya gap antara kualitas pelayanan dengan kepuasan konsumen pada Hotel Jayakarta

2. Untuk mengetahui dimensi kualitas pelayanan yang paling berpengaruh terhadap kepuasan konsumen pada Hotel Jayakarta.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini dapat membantu memberikan

masukan dan pertimbangan bagi peningkatan kualitas pelayanan yang sesuai dengan keinginan konsumen. Manfaat lainnya adalah dapat memberikan gambaran bagi perusahaan dalam membuat rencana dan strategi yang baik dan terarah untuk mengelola hotel dimasa yang akan datang secara efektif dan efisien.

2. Bagi peneliti, merupakan tambahan pengetahuan dari dunia praktisi yang sangat berharga untuk disinkronkan dengan pengetahuan teoritis yang diperoleh di bangku kuliah.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ABORSI DENGAN SIKAP PROLIFE PADA REMAJA PUTRI



/* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:”Table Normal”; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:””; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;}

BAB I

PENDAHULUAN

                                          

A.   Latar Belakang Permasalahan

Zaman globalisasi membuat nilai –nilai moral yang ada dalam masyarakat menjadi semakin berkurang. Pergaulan menjadi semakin bebas sehingga melanggar batas-batas nilai moral dan agama. Hubungan seks yang seharusnya hanya boleh dilakukan dalam ikatan perkawinan sudah dianggap wajar dalam status berpacaran. Pergaulan remaja membuat kekhawatiran tersendiri bagi orang tua karena tak jarang mereka sering terjerumus dalam perbuatan menyesatkan seperti yang akhir-akhir ini banyak diberitakan di media massa.

Remaja yang sudah berkembang kematangan seksualnya, jika kurang mendapatkan pengarahan dari guru atau orang tua, akan dapat mudah terjebak dalam masalah. Masalah yang dimaksud dalam hal ini terutama dapat terjadi apabila remaja tidak dapat mengendalikan perilaku seksualnya. Akibatnya remaja cenderung untuk melakukan hubungan seks di luar nikah, hubungan seks bebas, melakukan aborsi bagi remaja putri dan melakukan tindak perkosaan.

Berbicara mengenai aborsi akan menimbulkan berbagai tanggapan dan penilaian yang berbeda-beda pada masing-masing individu karena adanya perbedaan pengetahuan dari diri mereka sehingga sikap yang ditimbulkannya pun berbeda. Sarwono (1989) menyatakan mempertahankan kegadisan merupakan hal yang paling utama sebelum pernikahan karena kegadisan pada wanita sering dilambangkan sebagai “mahkota” atau “tanda kesucian” atau “tanda kesetiaan” pada suami. Hilangnya kegadisan bisa menimbulkan depresi pada wanita yang bersangkutan. Terlebih lagi bila menimbulkan kehamilan.

Masa remaja secara global berlangsung antara usia 13 sampai dengan 21 tahun. Masa remaja ini dibagi menjadi dua, yaitu masa remaja awal usia 13-18 tahun dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Hurlock, 1992). Pertumbuhan dan perkembangan fisik dan seksual berlangsung sekitar usia 12 tahun. Pada remaja awal khususnya bagi remaja putri rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi (datang bulan) yang pertama (Zulkifli, 1986). Menurut Mappiere (1982) seorang remaja akhir mengalami kematangan seksual (dalam kondisi seks yang optimum) dan telah membentuk pola-pola kencan yang lebih serius dan mendalam dengan lawan jenis atau berpotensi aktif secara seksual, terutama remaja putri akan lebih sensitif dorongan seksualnya dan memiliki rasa ingin tahu sangat besar dari pada remaja putra.

Perilaku aborsi yang akhir-akhir ini banyak terkuak menyebabkan masalah ini menarik untuk diangkat mengingat bahwa tidak semua remaja putri memiliki pengetahuan tentang aborsi. Azwar (dalam Kompas, 2000) menyebutkan bahwa aborsi merupakan permasalahan yang kini sedang mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak.

Aborsi berasal dari kata abortus yang artinya gugur kandungan/keguguran (Frater, 1991). Aborsi adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk tumbuh. Menurut Frater dalam dunia kedokteran dikenal tiga macam aborsi, (1) Aborsi buatan, yaitu pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak). (2) Aborsi terapeutik atau medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas dasar indikasi medis. Sebagai contoh seorang ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun yang dapat membahayakan calon ibu dan janin yang dikandungnya sehingga aborsi dapat dilakukan atas dasar pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa. (3) Aborsi spontan yang berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma (www.aborsi.net).

Dalam kenyataannya, usia pelaku aborsi secara spesifik sulit didapatkan karena aborsi yang dilakukan remaja pada umumnya adalah aborsi ilegal yang dilarang oleh pemerintah dan dilakukan dengan cara-cara yang tidak aman, misalnya dengan meminta bantuan dukun beranak, minum ramuan peluntur, dan lain-lain. Oleh karena itu aborsi yang dilakukan sering kali mengancam keselamatan wanita yang melakukan aborsi. Hal tersebut menyebabkan tingginya angka kematian wanita akibat aborsi. BKKBN memprediksikan dari 2,5 juta kasus aborsi per tahun, 1,5 juta diantaranya dilakukan oleh remaja. Hasil survey yang dilakukan Bali Post tahun 2000 di 12 kota di Indonesia menyebutkan bahwa terdapat penerimaan angka kasar sebesar 11% remaja di bawah usia 19 tahun pernah melakukan hubungan seksual dan berpotensi melakukan aborsi, sedangkan 59,6% remaja di atas 19 tahun juga pernah melakukan hubungan seksual dan berpeluang lebih besar untuk melakukan aborsi (www.balipost.com).

Senada dengan hal tersebut, Palembang Post (www.palembangpost.co.id.) menuliskan bahwa aborsi merupakan bukti dari semakin gawatnya seks bebas dikalangan remaja putri. Mereka cenderung lebih bebas mengekspresikan cinta kepada lawan jenisnya sehingga memungkinkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, yang dapat mengarah kepada dilema aborsi. Dari hasil wawancara penulis kepada seorang bidan pada suatu klinik didapatkan hasil bahwa dalam kasus aborsi per tahun, 35% diantaranya dilakukan oleh remaja berusia di atas 19 tahun sedangkan 25% dilakukan oleh remaja berusia di bawah 18 tahun.

Sikap terhadap aborsi pada remaja putri diteliti karena selama ini terjadi kontroversi dalam menyikapi perilaku aborsi. Gunjingan tentang aborsi di kalangan remaja putri selalu berkembang dengan berbagai macam versi, misalnya aborsi dilakukan karena terjadinya kehamilan di luar nikah dan konsep unwanted children (anak yang tidak diinginkan) dengan berbagai alasan. Hasil survey yang dilakukan oleh pihak kepolisian dan TNI pada bulan September 2002 di Kota Baturaja Sumatera Selatan terdapat banyaknya tempat-tempat hiburan dan “tempat-tempat persinggahan” atau “peristirahatan” seperti diskotik, tempat karaoke, dan lain-lain yang dihuni oleh remaja dengan usia 18-24 tahun. Berdasarkan penggeledahan yang dilakukan setiap bulan, didapatkan informasi 70% remaja di tempat-tempat tersebut melakukan sex intercourse (hubungan kelamin) dan ketika terjadi kehamilan yang tidak diinginkan mereka cenderung untuk melakukan aborsi, selebihnya yang 30% bersikap kontra terhadap aborsi dan lebih memilih meneruskan kehamilannya dengan berbagai macam alasan yang bersifat individual (Dokumentasi Kepolisian Baturaja, Tahun 2002). Mendukung hal tersebut pada tahun 2003 Kabid Pengendalian Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Jawa Barat, Danu Wisastra, mengadakan survey pada 5 kota di Indonesia yaitu Kupang, Palembang, Singkawang, Tasik Malaya, dan  Cirebon.  Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa

36,35% remaja berusia di atas 18 tahun telah melakukan hubungan seks pranikah dan dari jumlah tersebut 40,1% diantaranya tidak menggunakan alat kontrasepsi dan siap melakukan aborsi jika terjadi kehamilan (www.bkkbn.go.id). Hal tersebut menunjukkan bahwa aborsi dianggap merupakan alternatif pemecahan masalah yang banyak dipilih remaja ketika dihadapkan pada masalah kehamilan di luar nikah. Padahal pilihan tersebut mempunyai risiko kematian yang tinggi dan terbukti telah banyak memakan korban meninggal akibat aborsi tidak aman.

Berdasarkan data tersebut Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) ingin memperjuangkan aborsi dilegalkan di Indonesia agar tercipta aborsi aman dan kondusif. Jika aborsi sudah dilegalkan, maka aborsi bukan dianggap tindak pidana sepanjang dipenuhi alasan-alasan yang disyaratkan (Bertens, 2002). Nurwati (dalam Kompas, 2001) menyatakan hal ini akan membawa konsekuensi bahwa pemerintah harus menyediakan tempat aborsi yang aman bagi perempuan yang akan menggugurkan kandungannya, yaitu klinik khusus yang dilengkapi berbagai peralatan medis yang menunjang. Adanya klinik khusus akan menekan angka kematian akibat aborsi tidak aman. Pandangan demikian disebut pandangan sikap prochoice.

Keinginan untuk melegalisasi aborsi sangat ditentang oleh golongan agamawan dan kelompok konservatif yang berpegang pada norma agama, moral, dan etika. Menurut mereka melegalkan aborsi bukan merupakan tindakan yang tepat karena pengguguran kandungan tidak diperbolehkan dengan alasan bahwa janin yang dikandung juga mempunyai hak untuk hidup (Bertens, 2002). Menurut Nurlita (dalam Kompas 2000) hal ini terkecuali apabila ada indikasi medis dimana aborsi menjadi satu-satunya pilihan untuk menyelamatkan nyawa wanita yang sedang mengandung tersebut. Hal tersebut merupakan pandangan sikap prolife.

Mulyana (dalam Suara Merdeka, 1997) menyatakan memilih bersikap prochoice atau prolife tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki remaja putri tentang aborsi. Pengetahuan tentang aborsi didefinisikan sebagai pemahaman tindakan pengeluaran hasil konsepsi dari rahim sebelum waktunya (sebelum dapat dilahirkan secara alamiah) yang merupakan proses kelahiran yang dipaksakan karena kehamilan yang tidak dikehendaki.

Armiwulan (2004) mengungkapkan bahwa pengetahuan tentang aborsi mencakup bentuk-bentuk antara lain pengertian aborsi, jenis-jenis aborsi, risiko aborsi, aborsi aman (safe abortion), norma agama tentang aborsi, serta pandangan hukum positif Indonesia tentang aborsi.

Hasil survey yang dilakukan tim Rumah Sakit DKT Baturaja Sumatera Selatan tahun 2000 terhadap 226 responden remaja putri memperlihatkan bahwa 83% remaja tidak tahu tentang konsep aborsi yang benar, 61,8% tidak tahu persoalan di seputar masa subur dan haid, 40,6% tidak tahu risiko kehamilan remaja , dan 42,4% tidak tahu risiko aborsi. Survey tersebut juga mengungkapkan bahwa rendahnya pemahaman remaja tentang aborsi karena mereka tidak memperoleh informasi yang cukup dan benar mengenai aborsi (Dokumentasi, 2000).

Gambaran minimnya pengetahuan remaja tentang aborsi juga tercermin dalam penelitian yang dilakukan oleh Mardiana pada tahun 2002 terhadap 237 responden usia 18-22 tahun di Palembang. Hasil penelitian menunjukkan 67% remaja tidak memiliki pengetahuan tentang aborsi. 78% dari remaja yang tidak memiliki pengetahuan tentang aborsi tersebut memilih akan melakukan aborsi jika terjadi kehamilan remaja (Mardiana, 2002).

Penelitian yang dilakukan oleh Armiwulan (2004) mengungkapkan bahwa ada hubungan negatif antara pengetahuan tentang aborsi dengan tingkat aborsi. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang aborsi maka tingkat aborsi akan semakin rendah.

Cukup atau tidaknya pengetahuan tentang aborsi yang dimiliki seseorang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan sosial. Seksolog dan androlog Pangkahila (1981) menyatakan bahwa kondisi lingkungan sosial yang berkembang sangat pesat mengakibatkan terjadinya perubahan pola hidup masyarakat yaitu berkembang luasnya pergaulan bebas yang tidak dibarengi pengetahuan tentang aborsi yang benar. Menurut Pangkahila (1981) pengetahuan tentang aborsi dapat diperoleh remaja dari 2 sumber yaitu formal dan nonformal. Dari segi formal remaja memperoleh pengetahuan tentang aborsi melalui program-program pendidikan mengenai aborsi seperti penyuluhan, seminar, dan lain-lain. Dari segi nonformal remaja memperoleh pengetahuan tentang aborsi dari teman, orang tua, dan media massa. Sikap orang tua yang sering menabukan pertanyaan remaja tentang risiko aborsi membuat remaja tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang aborsi. Orang tua cenderung “negative thinking” bila remaja bertanya mengenai aborsi. Timbul rasa takut pada orang tua bahwa dengan memberikan pengetahuan tentang aborsi justru akan mendorong remaja putri untuk melakukan hubungan seksual pranikah yang dapat mendorong ke arah terjadinya aborsi.

Penelitian yang dilakukan BKKBN pada tahun 2002 menyebutkan bahwa 70% remaja mendapat pengetahuan tentang aborsi dari teman dan media massa, sedangkan 30% lainnya mendiskusikan masalah aborsi dengan orang tua atau pihak-pihak yang tidak berkompetensi (www.bkkbn.go.id).

Hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak remaja yang memiliki pengetahuan tentang aborsi yang rendah dan pada akhirnya ia akan melakukan tindakan yang berbahaya bagi dirinya sendiri. Sebagai contoh, seorang yang mengalami masalah kehamilan diluar nikah apabila ia tidak memiliki pengetahuan tentang aborsi, ia akan cenderung memilih melakukan aborsi. Perubahan sikap dan persepsi remaja terhadap masalah seks menciptakan sikap sosial baru di kalangan remaja untuk melegalkan aborsi (Hurlock, 1992).

Seharusnya remaja putri diberi bimbingan dari lingkungan yang kecil yaitu keluarga supaya remaja terhindar dari perilaku seksual pranikah yang memungkinkan bisa menyebabkan terjadinya kehamilan. Salah satu cara untuk menghindari hal tersebut adalah remaja harus mempunyai pengetahuan tentang aborsi.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan tentang aborsi merupakan faktor penting dalam menentukan sikap penolakan remaja putri terhadap aborsi. Tingginya pengetahuan tentang aborsi akan memungkinkan remaja menolak aborsi. Oleh karena itu perlu kiranya dilakukan penelitian guna melihat hubungan antara pengetahuan tentang aborsi dengan sikap prolife pada remaja putri.

 

B.  Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan positif antara pengetahuan  tentang  aborsi  dengan  sikap  prolife remaja  putri di Kota Baturaja Sumatera Selatan.

Penelitian ini secara teoritis akan memberikan informasi tentang hubungan antara pengetahuan tentang aborsi dengan sikap prolife remaja putri dan memperkaya khasanah ilmu psikologi terutama psikologi klinis dan psikologi sosial. Apabila penelitian ini terbukti akan dapat dipergunakan sebagai masukan untuk memberikan informasi bagi remaja, orang tua, konselor, pendidik dan psikolog untuk membantu remaja putri memperoleh pengetahuan tentang aborsi yang benar dan tepat sehingga remaja putri menjauhi tindakan aborsi sehingga terhindar dari risiko aborsi.

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN PERILAKU SELINGKUH PADA SUAMI

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.   Latar Belakang Masalah

Pada umumnya orang pernah mengalami ketegangan, walau sering tidak dirasakannya, karena ketegangan ini berkisar dari sedikit kegelisahan sampai rasa cemas yang melumpuhkan. Seseorang yang mengalami sedikit rasa gelisah, tidak menyadari kalau hal itu merupakan ketegang­an yang bisa menjadi semakin parah.

Pada dasarnya ketegangan merupakan suatu perasaan yang tidak mudah digambarkan. Ketegangan timbul karena ada masalah yang harus ditanggulangi. Ketegangan yang berkepanjangan memang dapat mengganggu kehidupan, namun demikian dalam kehidupan sehari-hari tidak adanya ketegangan sama sekali belum tentu dan bahkan bukan merupakan suatu tanda kebahagiaan, tetapi malah menunjukkan adanya kelesuan atau ketidaktahuan mengenai apa yang tengah terjadi.

Seseorang yang mengalami ketegangan pada umumnya menunjukkan tingkah laku atau kegiatan yang tidak biasanya dilakukan, yang dilakukan tanpa mereka sadari atau bahkan dengan sengaja. Misalnya merokok terus menerus, terlalu tergantung pada minuman keras maupun berbagai macam pil, kepala selalu pusing tanpa sebab yang nyata, rasa lelah tanpa sebab yang dapat dibenarkan, tidak bisa tidur, perut selalu murus dan mual, gelisah, terlalu mengandalkan pekerjaan untuk kepuasan, terlalu perasa (emosional), murung dan tidak percaya diri, tidak bisa konsentrasi dalam menyelesaikan pekerjaan, takut dan cemas, serta berbagai tingkah laku yang menyimpang dari kebiasaan lainnya.

Apabila tingkah laku semacam itu seringkali dilakukan sedangkan sebelumnya tidak pernah atau jarang sekali dilakukan, maka ada baiknya untuk berkonsultasi pada seorang ahli yang bisa membantu menanganinya. Atau bisa juga orang tersebut menengok kembali upaya apa yang telah dilakukannya untuk menanggulangi ketegangan itu.

Di dalam lingkungan kerja, ketegang­an yang sering dialami oleh karyawan akan mengganggu situasi kerja serta konsentrasi dalam menyelesaikan tugasnya. Keadaan itu bisa mengakibatkan menurunnya prestasi kerja yang tentunya sangat merugikan diri karyawan dan perusahaan.

Timbulnya ketegangan seperti digambarkan di atas pada hakikatnya disebabkan oleh tiga faktor, yakni masalah organisasi di lingkungan kerja, faktor si karyawan, dan hal lain yang berhubungan dengan masyarakat. Bisa terjadi seorang karyawan mengalami ketegangan karena ketiga faktor atau salah satu faktor saja.

Faktor di lingkungan kerja yang dapat menyebabkan ketegangan pada diri seseorang antara lain masalah administrasi, tekanan yang tidak wajar untuk menyesuai­kan diri dengan pekerjaan dan situasi kerja, struktur birokrasi yang tidak tepat, sistem manajemen yang tidak sesuai, perebutan kedudukan, persaingan yang semakin ketat untuk memperoleh kemajuan, anggaran yang terbatas, perencanaan kerja yang kurang baik, jaminan pekerjaan yang tidak pasti, beban kerja yang semakin bertambah dan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan pekerjaan.

Faktor dalam diri individu juga dapat menyebabkan tim­bulnya ketegangan. Berbagai masalah yang menyangkut individu dan dapat mengakibatkan ketegangan antara lain adalah keinginan dan cita-cita yang tidak masuk akal, sikap yang merusak diri, rintangan karier, masalah keuangan, masalah ketidakcocokan status, konflik antara masalah pekerjaan dengan masalah rumah tangga, umur yang semakin meningkat, kegagalan dalam meningkatkan kemampuan dan segala masalah yang menyangkut diri karyawan tersebut.

Masalah yang menyangkut diri karyawan sering mengakibatkan timbulnya masalah dalam pekerjaan, apalagi jika pribadi karyawan itu tidak kokoh, sehingga mudah sekali terpengaruh oleh hal-hal yang mestinya bisa dihindari. Selain itu, lingkungan masyarakat yang dapat menyebabkan ketegangan ini antara lain adat istiadat yang tidak sesuai dengan hati nurani, cara hidup masyarakat dan sebagainya. Apabila ketiga faktor tersebut mempengaruhi seseorang, maka dapat dipastikan bahwa ketegangan akan semakin lama dialami dan dapat merugikan. Yang pasti dengan timbulnya ketegangan ini kehidupan seseorang akan terganggu, dan hal ini dapat meluas serta menimbulkan ketegangan dalam rumah tangga, baik dengan istri, anak-anak, maupun anggota keluarga yang lain.

Sebagai suatu hal yang sangat esensial, pekerjaan mengandung sesuatu yang luhur, yang amat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Melalui pekerjaannya manusia dapat menyadari eksistensi dirinya. Melalui aktivitas pekerjaan dan karya sebagai hasilnya, manusia dapat membuktikan dirinya sebagai makhluk rohani yang mengatasi alam, melahirkan dan membuktikan bakat-bakat, cita-cita, sebagai nyata dan ada. Juga segala potensi diri dapat dikembangkan melalui pekerjaan yang akhirnya akan mampu mencerminkan sampai sejauh mana potensi kemanusiaan itu melahirkan suatu kreativitas manusia, sehingga mutu kehidupan meningkat sejalan dengan kreativitas.

Pekerjaan sebagai suatu kegiatan yang luhur marta­batnya seharusnya membuat manusia yang melakukannya merasakan pengakuan kehadirannya dan mencintai peker­jaannya. Semangatnya selalu bergelora bila melaksanakan pekerjaan, penuh gairah dan simpati. Namun dalam kenyataannya yang sering terjadi justru hal yang sebaliknya. Banyak orang yang mengeluh terhadap pekerjaannya. Mereka mengeluh tidak merasakan kebahagiaan dalam bekerja, merasa dihinggapi rasa bosan dalam keseharian, merasa di­rendahkan dan ditindas serta diremukkan oleh pekerjaan itu sendiri. Seorang pegawai kantor berangkat ke tempat kerja dengan wajah murung dan saat yang dinantikan selama di kantor adalah saat pulang kerja. Kepulangan dari tempat kerja seakan merupakan saat ke luar dari penjara yang tidak menyenangkan. Pekerjaan menjadi suatu aktivitas yang dilakukan dengan penuh keterpaksaan, tidak ada kecintaan terhadap pekerjaan. Dengan kata lain pekerjaan dapat membuat orang mengalami gejala stres.

Gejala stres pada pekerja antara lain berupa keletihan, sering pilek, gangguan tidur, napas pendek, sakit kepala, sakit kepala sebelah (migrain), kaki dan tangan dingin, nyeri kuduk dan pundak, gangguan menstruasi, gangguan pencernaan, mual, muntah, alergi, serangan asma, diabetes bahkan kanker. Hal itu menimbulkan absenteisme (tidak masuk kerja) cukup tinggi pada karyawan (Sudaryanto, 2001).

Selain gangguan–gangguan tersebut, stres juga dapat menimbulkan penyakit fisik yang diinduksi stres, misalnya penyakit jantung koroner, hipertensi, tukak lambung. Stres pekerjaan juga bisa menimbulkan kecelakaan kerja, terutama pada pekerja dengan tuntutan beban kerja tinggi, perhatian kurang, bekerja gilir (shift) pada hari pertama dan akhir minggu serta penyalahgunaan zat. Dari data, 90 persen kecelakaan kerja disebabkan tindakan kurang berhati-hati (unsafe act) dan 4 persen karena kondisi tidak aman (unsafe condition). Dari tindakan kurang berhati-hati, 80 persen akibat kondisi kesehatan jiwa yang kurang optimal saat terjadi kecelakaan (Meliawati, 2003).

Stres juga bisa menyebabkan terjadinya gangguan mental yang terus menerus. Gangguan mental yang dimaksud antara lain mudah gugup, mudah marah, tersinggung, tegang, kurang konsentrasi, dan apatis (Meliawati, 2003). Gejala stres dalam kerja ini sangat tidak menyenangkan bagi orang yang merasakannya dan bisa berbahaya bagi keutuhan kepribadiannya. Kelanjutan yang gawat adalah bila akhirnya merembet pada aspek kehidupan yang lain. Bagi laki-laki yang telah berumah tangga, stres di tempat kerja dapat berakibat terhadap kehidupan seksualnya.

Seks merupakan bagian dari kehidupan perkawinan itu sendiri. Seks merupakan kebutuhan sekaligus kewajiban bagi pasangan suami isteri. Salah satu faktor yang menentukan kebahagiaan rumah tangga adalah adanya kehidupan seks yang sehat. Perilaku seksual pasangan sangat mempengaruhi terciptanya hubungan yang sehat antara suami isteri.

Aspek psikologis suami dapat mempengaruhi perilaku seksualnya. Seorang suami yang mengalami stres di tempat kerja akan mempunyai kemungkinan mengalami disfungsi seksual yang disebabkan besarnya tekanan psikologis yang berasal dari pekerjaannya. Disfungsi seksual ini berupa impotensi (ketidakmampuan untuk ereksi), ejakulasi dini, bahkan dapat sampai pada taraf sama sekali tidak memiliki nafsu seks. Akan tetapi dapat pula stres kerja yang dialami oleh suami justru meningkatkan keinginan seksualnya.

Sebuah studi di Universitas British Columbia yang dilakukan oleh Quick (2004) meneliti hubungan stres dan gairah laki-laki. Rata-rata responden baru saja menyelesaikan perjalanan melintasi medan berat, seperti naik gunung, merambah hutan, dan sebagainya. Saat itulah mereka dipertemukan dengan seorang wanita, yang sebenarnya sering ditemuinya di tempat biasa. Ternyata gairah para pria tadi menjadi lebih besar di medan berat ketimbang di tempat pertemuan pertama, sehingga mereka melakukan hubungan seks.

Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2004), dari penelitian yang dilakukannya didapatkan kesimpulan bahwa secara fisik, stres justru bisa membuat gairah seksual meningkat. Hal ini terutama karena dipicu oleh meningkatnya adrenalin. Hal ini merupakan sebuah proses alamiah yang yang merupakan reaksi tubuh untuk menetralisir pengaruh stres tersebut.

Menurut Lubis (2004) saat stres, jantung berdetak lebih cepat, darah mengalir lebih kencang, membuat adrenalin meningkat. Naiknya adrenalin ini membuat gairah seksual melonjak. Kalau dimanfaatkan untuk melakukan hubungan seks yang sehat, dapat mengurangi kadar stres itu sendiri. Tidak hanya itu, orgasme setelah berhubungan seks membuat tubuh lebih rileks, karena pada saat mengalami orgasme tubuh melepaskan endorfin, zat yang fungsinya mirip obat penenang. Orgasme juga membuat orang mudah tertidur dan beristirahat total, salah satu cara terbaik untuk menghilangkan stres. Hal ini menjelaskan mengapa banyak suami jadi lebih bergairah di ranjang, setelah beberapa saat sebelumnya mengalami stres hebat.

Terkait dengan adanya fenomena seperti yang diuraikan di atas, sekarang ini di kota-kota besar yang sangat sibuk seperti di kota-kota metropolitan, ternyata terjadi kecenderungan karyawan yang mengalami stres kerja untuk melakukan hubungan seks dengan karyawan lain yang ditemuinya di tempat kerja. Karyawan lain tersebut bisa jadi suami atau isteri orang lain dan dia sendiri merupakan orang yang sudah berumah tangga, sehingga dapat dikatakan telah terjadi perselingkuhan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Quick (2004) yang menyatakan bahwa seorang pria yang baru saja mengalami beban berat kemudian dipertemukan dengan wanita yang telah sering ditemuinya di tempat biasa (teman sekantor) akan merasakan gairah seks yang tidak pernah ditemuinya sebelumnya, dan akhirnya membuat mereka melakukan hubungan seks. Hubungan seks tersebut dapat berlangsung di kantor dalam waktu yang relatif cepat dan terjadi begitu saja atau dapat pula dilakukan di luar kantor sesuai dengan kesepakatan para pihak. Kadang-kadang hubungan seks tersebut juga dilakukan beberapa saat setelah karyawan yang bersangkutan melakukan makan siang bersama, sehingga dikenal istilah sex after lunch (http://www.vbulletin.com.).

Fenomena seperti yang diuraikan terbentuk karena irama kantor yang bergerak di lorong waktu yang ketat dan serba cepat oleh pekerjaan. Perilaku atau keinginan seksual karyawan tersebut mengadaptasikan diri dengan lingkungan. Karyawan yang sedang stres karena pekerjaannya berusaha mencari pelepasan dari stres yang dialaminya dengan melakukan hubungan seks di tempat kerja. Sehabis melakukan hubungan seks tersebut karyawan merasa lebih segar ketika menghadapi kembali pekerjaannya. Akan tetapi bukan tidak mungkin seks yang dilakukan karyawan untuk melepas stresnya bukan dilakukan dengan rekan sekantor, tetapi dengan wanita lain yang menjadi WIL-nya (Wanita Idaman Lain) atau PIL-nya (Pria Idaman Lain) atau dapat pula dilakukan dengan wanita penjaja seks komersial (PSK). Siapapun yang menjadi pasangan melakukan hubungan seksual, tetapi apabila hubungan seks tersebut dilakukan dengan pria atau wanita lain yang bukan suami atau isterinya, dan apapun alasan dilakukannya hubungan tersebut, baik karena dilandasi perasaan cinta ataupun hanya karena iseng, tetapi itu berarti telah terjadi perselingkuhan di dalam rumah tangga.

Dilihat dari aspek-aspek perilaku seksual pada pasangan yang melakukan hubungan seksual, menurut Pangkahila (2003) seksualitas mempunyai empat aspek, yaitu rekreasi, relasi, prokreasi, dan institusi. Pasangan yang melakukan hubungan seksual didasari oleh salah satu atau lebih dari aspek tersebut. Aspek rekreasi mengandung pengertian kesenangan, yang berhubungan dengan kenikmatan dan kepuasan seksual. Hubungan seksual karena alasan ini cenderung bersifat pemuasan hawa nafsu. Aspek relasi yang berarti kehidupan seksual berfungsi sebagai pengikat yang akan lebih mempererat hubungan batin pasangan yang melakukan hubungan seks. Aspek prokreasi artinya hubungan seksual dilakukan untuk menghasilkan keturunan atau anak sebagai generasi penerus. Aspek institusi, yaitu bahwa perilaku seksual dilakukan sebagai pemenuhan kewajiban dalam sebuah lembaga perkawinan.

Aspek hubungan seksual yang dilakukan untuk melepas stres dapat dikategorikan sebagai aspek rekreasi. Dengan demikian hubungan seks yang dilakukan tersebut semata-mata dilakukan untuk kesenangan yang berhubungan dengan kenikmatan dan kepuasan seksual.

Penelitian Budijanto dan Wijiartini (2001) dilakukan terhadap laki-laki beristeri yang melakukan pekerjaan relatif berat. Hasil penelitian menemukan 77,5% responden menyatakan pernah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Alasan melakukan hubungan seksual di luar nikah yang dikemukakan, antara lain sebagai obat stres karena melakukan pekerjaan berat, butuh variasi, iseng, dan diajak teman. Apapun alasan dilakukannya hubungan seks oleh apra suami pekerja itu, akan tetapi dia telah melakukan perselingkuhan.

Menurut Poerwodarminto (1989), selingkuh dapat diartikan sebagai perbuatan tidak berterus terang ; tidak jujur ; menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri ; curang ; serong. Lawson (1988) mengatakan bahwa pengertian selingkuh dapat dimulai dari pergi bersama seseorang yang bukan suami atau istrinya. Kedekatan yang kuat dengan orang lain baik secara fisik maupun emosional, sexual intercourse secara sukarela antara seseorang yang sudah menikah dengan orang lain yang bukan pasangannya. Dapat pula dikatakan bahwa perselingkuhan dalam perkawinan berarti suami atau istri memiliki hubungan di luar perkawinannya, di mana hubungan ini bukan sekedar hubungan seksual semata tetapi juga hubungan emosi yang serius sampai ke adegan yang cukup panas (Melly dalam Tiara, 1993). Rutherford (1999) mendefinisikan perselingkuhan sebagai ketidaksetiaan terhadap pasangan yang sudah terikat dalam perkawinan.

Berdasarkan beberapa pengertian selingkuh di atas dapat disimpulkan bahwa perselingkuhan adalah perbuatan tidak menghormati kepercayaan pasangan dan mengkhianati perkawinan dengan menjalin kedekatan baik secara fisik maupun secara emosional dengan orang lain yang bukan pasangannya. Suatu perbuatan dapat dikatakan selingkuh apabila pelakunya sudah terikat dalam perkawinan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diduga bahwa stres kerja mempunyai hubungan dengan perilaku selingkuh pada suami. Dugaan ini perlu dibuktikan kebenarannya. Oleh karena itu dianggap perlu untuk dilakukan penelitian guna melihat kuat hubungan antara stres kerja dengan perilaku selingkuh pada suami.

B.  Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara stres kerja  dengan  perilaku selingkuh pada suami di Kota Yogyakarta.

Penelitian ini secara teoritis akan memberikan informasi tentang hubungan antara pengetahuan stres kerja dengan perilaku selingkuh suami dan memperkaya khasanah ilmu psikologi terutama psikologi klinis dan psikologi sosial. Apabila penelitian ini terbukti akan dapat dipergunakan sebagai masukan untuk memberikan informasi bagi pasangan suami isteri, konselor, dan psikolog untuk membantu pasangan suami isteri yang mengalami masalah selingkuh yang disebabkan stres kerja.

 

 

 

Tanya-Jawab: PENGARUH STRATEGI MARKETING MIX TERHADAP LABA DI PT BMB EKSPORT YOGYAKARTA

PERTANYAAN DAN JAWABAN

Apa yang dimaksud dengan skripsi?

Skripsi adalah karya ilmiah yang menjadi syarat untuk menyelesaikan jenjang studi S1.

Apa judul skripsi Anda?

PENGARUH STRATEGI MARKETING MIX TERHADAP LABA DI PT BMB EKSPORT YOGYAKARTA

Apa yang melatarbelakangi Anda meneliti masalah ini?

Untuk memasarkan produknya, perusahaan harus mempunyai strategi yang tepat agar dapat mencapai tujuan perusahaan, yaitu untuk mendapatkan laba dan untuk memenangkan persaingan. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan strategi marketing mix. Berkaitan dengan itulah Saya tertarik untuk meneliti pengaruh strategi markting mix di PT BMB Eksport Yogyakarta.

Masalah apa yang anda teliti?

1. Bagaimana pengaruh strategi marketing mix yang terdiri dari faktor produk, harga, promosi dan distribusi terhadap laba PT BMB Eksport?

2. Faktor apa yang paling dominan mempengaruhi laba PT BMB Eksport?

Apa tujuan Anda melakukan penelitian ini?

1. Untuk mengetahui strategi marketing mix PT BMB Eksport yang meliputi biaya produksi, biaya distribusi dan biaya promosi.

2. Untuk mengetahui dampak dari strategi marketing mix tersebut terhadap laba yang diperoleh perusahaan, yaitu laba dari hasil penjualan produk PT BMB Eksport.

Apa manfaat penelitian Anda?

1. Bagi Universitas Wangsa Manggala

Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah kajian di bidang pemasaran khususnya strategi marketing mix.

2. Bagi penulis

Penelitian ini dapat menambah dan melengkapi teori serta pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah.

3. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dan bahan acuan bagi penulis yang meneliti masalah sejenis.

Apa yang dimaksud dengan pemasaran?

Keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang potensial.

atau

Suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain.

atau

Suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.

Apa tugas pokok manajer?

1. Mempersiapkan rencana atau strategi bagi perusahaan.

2. Melaksanakan rencana tersebut.

3. Mengadakan evaluasi, menganalisa dan mengawasi rencana tersebut dalam operasinya.

Apa yang dimaksud dengan manajemen pemasaran?

Penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang ditujukan untuk mengadakan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi. Hal ini sangat tergantung pada penawaran organisasi dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga, mengadakan komunikasi, dan distribusi yang efektif untuk memberitahu, mendorong serta melayani pasar.

Apa yang dimaksud dengan konsep pemasaran?

Konsep pemasaran merupakan falsafah manajemen pemasaran yang mengatakan bahwa, untuk mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran (target market) dan memuaskan pelanggan secara lebih efektif dan efisien daripada yang dilakukan oleh pesaing”.

atau

“Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan”.

Bagaimana contoh penerapan konsep pemasaran?

1. Membuat barang yang mudah penggunaannya

2. Mudah pembeliannya

3. Mudah pemeliharaannya

Apa elemen pokok konsep pemasaran?

1. Orientasi konsumen/pasar/pembeli.

2. Volume penjualan yang menguntungkan.

3. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran dalam perusahaan.

Bagaimana praktek penerapan konsep pemasaran?

1. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.

2. Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya.

3. Menentukan produk dan program pemasarannya.

4. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai dan menafsirkan keinginan sikap serta tingkah laku mereka.

5. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang menarik.

Apa yang dimaksud dengan strategi pemasaran?

Strategi pemasaran adalah strategi yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu untuk bertahan hidup, mendapatkan laba dan untuk memenangkan persaingan.

Apa saja unsur strategi pemasaran?

Strategi pemasaran terdiri dari unsur-unsur pemasaran yang terpadu yaitu 4P dari marketing mix (product, price, promotion, place) yang selalu berkembang sejalan dengan gerak perusahaan dan perubahan lingkungan pemasaran serta perubahan lingkungan konsumen.

Jelaskan mengenai variabel strategi pemasaran yang terdiri dari 4P!

1. Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan.

Atau

Segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk menarik perhatian, pembelian, pemakaian atau kombinasi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.

Atau

Dari kedua definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa produk merupakan segala sesuatu yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen atau pasar. Dalam produk terdapat sifat-sifat atau atribut, baik yang nyata maupun yang tidak nyata, dimana keberadaannya sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu produk dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumennya

2. Harga

Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.

Atau

Segala usaha yang dilakukan penjual untuk memperkenalkan produk kepada calon konsumen, dan membujuk mereka untuk membelinya, serta mengingatkan kembali konsumen lama agar melakukan pembelian ulang.

Atau

Kegiatan untuk menyebarluaskan informasi tentang barang atau jasa yang akan dijual dengan maksud untuk merubah pola perilaku konsumen.

Atau

suatu bentuk komunikasi pemasaran, maksudnya adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk, mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

3. Distribusi

Pengertian distribusi (saluran distribusi) ada beberapa macam.

a. Sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu.

b. Jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai kepada pemakai.

c. Struktur unit organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri atas agen, dealer, pedagang besar dan pengecer, melalui mana sebuah komoditi, produk, atau jasa dipasarkan.

d. Jalur yang digunakan untuk memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat dan saat yang dibutuhkan).

e. Saluran distribusi adalah jalur yang dipakai untuk perpindahan barang, dari perpindahan barang di produsen ke konsumen akhir atau pemakai dari kalangan industri.

f. Jembatan yang menghubungkan produsen dengan konsumen, dengan kata lain saluran distribusi adalah penyaluran barang dari produsen kepada konsumen tepat pada waktunya.

4. Promosi

Pengertian promosi ada beberapa macam, antara lain:

a. Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran.

b. Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong permintaan.

Apakah semua elemen strategi pemasaran itu harus dilaksanakan secara bersamaan?

Semua elemen marketing mix di atas, dapat dikembangkan perusahaan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Dalam hal ini biasanya perusahaan menerapkan keempat elemen marketing mix di atas secara bersama-sama di dalam strategi yang dibuat perusahaan. Sebagai contoh perusahaan membuat strategi pemasaran melalui gabungan elemen harga dan promosi, gabungan elemen harga dan distribusi, atau gabungan dari elemen harga, promosi dan distribusi sekaligus. Tentu saja dalam hal ini elemen produk selalu diikutsertakan karena produk adalah komoditas yang dipasarkan perusahaan, sehingga tanpa produk, pemasaran tidak akan dapat berjalan.

Apa yang dimaksud dengan bauran pemasaran?

Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya di dalam pasar sasaran.

Jelaskan aspek-aspek produk!

1) Produk inti (core product)

Merupakan manfaat yang ditampilkan suatu produk kepada konsumen dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Masing-masing produk memiliki produk inti atau manfaat inti tersendiri.

2) Produk formal (formal product)

Merupakan penampilan atau perwujudan dari produk inti maupun perluasan produknya. Produk formal ini lebih dikenal oleh sebagian besar pembeli sebagai daya tarik, yang tampak langsung (tangible offer) di mata konsumen. Dalam hal ini ada beberapa komponen yang terdapat pada produk yaitu desain/bentuk, daya tahan/mutu, daya tarik/keistimewaan, pengemasan/bungkus, nama merek/brand name.

3) Produk tambahan (augmented product)

Mencakup berbagai tambahan manfaat yang dapat dinikmati oleh konsumen dari produk inti yang dibelinya. Beberapa manfaat tambahan itu akan memperluas manfaat produk yang ditawarkan atau dipasarkan.

Sebut dan jelaskan klasifikasi produk

1) Produk Konsumen (Consumer Products)

Produk konsumen merupakan produk yang dibeli konsumen akhir untuk konsumsi pribadi. Produk konsumen meliputi :

a) Produk sehari-hari (convenience product)

Merupakan produk dan jasa konsumen yang biasanya sering dan cepat dibeli oleh pelanggan dan disertai dengan usaha yang sedikit dalam membandingkan dan membeli. Harga produk sehari-harinya biasanya cukup murah dan disebarkan cukup luas dibanyak lokasi atau toko agar produk tersedia dengan mudah ketika pelanggan membutuhkannya.

b) Produk Shopping (shopping product)

Adalah produk yang jarang dibeli oleh konsumen sehingga dalam proses pemilihan dan pembeliannya konsumen melakukan pembandingan karakteristik seperti kecocokan, harga dan gaya.

c) Produk khusus atau spesial (specialty product)

Merupakan produk konsumen dengan karakteristik unik atau identifikasi merek yang dicari oleh kelompok pembeli tertentu, sehingga mereka bersedia mengeluarkan usaha khusus untuk memperolehnya.

d) Produk yang tidak dicari (unsought product)

Adalah produk konsumen dimana keberadaannya tidak diketahui atau jika diketahui oleh konsumen pun tidak terpikir oleh mereka untuk membelinya. Oleh karenanya, produk yang tidak dicari memerlukan iklan penjualan pribadi dan upaya pemasaran lainnya.

2) Produk Industri (industrial product)

Produk industri adalah produk yang dibeli untuk pemrosesan lebih lanjut atau penggunaan yang terkait dengan bisnis. Produk industri dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

a) Bahan dan suku cadang

Meliputi bahan baku, bahan manufaktur dan suku cadang. Bahan baku terdiri dari produk pertanian (gandum, kapas, dan sebagainya) dan produk alami (ikan, kayu, dan sebagainya). Bahan manufaktur dan suku cadang terdiri dari komponen bahan (besi, benang, semen) dan komponen suku cadang (motor kecil, ban, cetakan). Harga serta jasa adalah faktor pemasaran utama dalam kelompok ini, merek dan iklan cenderung kurang begitu penting.

b) Barang modal

Merupakan Produksi industri yang membantu proses produksi/operasi, termasuk pemasangan dan peralatan tambahan. Pemasangan terdiri dari pembelian utama seperti bangunan dan peralatan tetap. Peralatan tambahan meliputi peralatan pabrik yang dapat dipindahkan dan peralatan kantor.

c) Perlengkapan dan jasa

Meliputi perlengkapan operasi dan alat-alat perbaikan dan pemeliharaan serta jasa konsultasi bisnis. Jasa-jasa ini biasanya diserahkan dengan menandatangani kontrak.

Jelaskan pembedaan produk berdasarkan karakteristik produk!

1) Daya tahan dan keberwujudan

a) Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods): barang yang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan.

b) Barang tahan lama (durable goods): barang tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya dapat digunakan berkali-kali.

Jasa (services): jasa bersifat tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan dan mudah habis.

2) Klasifikasi barang konsumen

a) Barang convenience adalah barang-barang yang biasanya sering dibeli konsumen, segera dan dengan usaha yang minimum.

b) Barang shopping adalah barang-barang yang karakteristiknya dibandingkan berdasarkan kesesuaian, kualitas harga dan gaya dalam proses pemilihan dan pembelian.

c) Barang khusus (specialty goods) adalah barang-barang dengan karakteristik unik dan/atau identifikasi merek di mana untuk memperoleh barang-barang itu sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya.

d) Barang unsought adalah barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau diketahui namun secara normal konsumen tidak berpikir untuk membelinya.

3) Klasifikasi barang industri

a) Bahan baku dan suku cadang (materials and parts) adalah barang-barang yang sepenuhnya memasuki produk yang dihasilkan.

b) Barang modal (capital items) adalah barang-barang tahan lama yang memudahkan pengembangan dan/atau pengelolaan produk akhir.

c) Perlengkapan dan jasa bisnis adalah barang dan jasa tidak tahan lama yang membantu pengembangan dan/atau pengelolaan produk akhir.

Apa saja dimensi bauran produk

1) Lebar bauran produk; mengacu pada berapa banyak macam lini produk perusahaan tersebut.

2) Panjang bauran produk; mengacu pada jumlah unit produk dalam bauran produknya.

3) Kedalaman bauran produk; mengacu pada banyak varian yang ditawarkan tiap produk dalam lini tersebut.

4) Konsistensi bauran produk; mengacu pada seberapa erat hubungan berbagai lini dalam penggunaan akhir, persyaratan produksi, saluran distribusi, atau hal lainnya.

Bagaimana peranan harga dalam proses pengambilan keputusan para pembeli?

1) Peranan alokasi dan harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya.

2) Peran informasi dari harga, yaitu suatu fungsi harga dalam “mendidik” konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembelian mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara obyektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.

Apa saja tujuan penetapan harga

1) Memperoleh laba maksimal.

2) Mendapatkan share pasar tertentu.

3) Skimming pasar maksimum (maximum market skimming).

4) Mencapai tingkat penerimaan penjualan maksimum pada waktu itu.

5) Mencapai keuntungan yang ditargetkan.

6) Mempromosikan produk.

Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan harga

1) Faktor Lingkungan Internal Perusahaan

a) Tujuan pemasaran perusahaan

Faktor utama dalam perusahaan harga adalah tujuan pemasaran perusahaan. Tujuan tersebut berupa maksimalisasi laba masa sekarang, mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, kepemimpinan pangsa pasar, menciptakan kepemimpinan dalam hal kualitas atau mutu produk, mengatasi pesaing, melaksanakan tanggung jawab sosial dan lain-lain.

b) Strategi bauran pemasaran

Harga adalah salah satu alat bauran pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya. Keputusan harga harus dihubungkan dengan keputusan rancangan produk, distribusi, dan promosi untuk membentuk program pemasaran yang efektif. Keputusan yang dibuat untuk variabel bauran pemasaran lainnya mempengaruhi keputusan penetapan harga.

c) Biaya

Biaya menjadi dasar bagi harga yang dapat ditetapkan perusahaan terhadap produknya. Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus ditetapkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Perusahaan ingin menetapkan harga yang dapat menutupi semua biaya untuk produksi, distribusi, dan penjualan produk, dan memberikan laba yang wajar bagi usaha dan risikonya.

d) Pertimbangan Organisasi

Manajemen perlu memutuskan siapa yang harus menetapkan harga didalam organisasi tersebut. Setiap perusahaan menangani masalah penetapan harga dengan berbagai cara. Dalam perusahaan kecil, harga seringkali ditetapkan oleh manajemen puncak. Dalam perusahaan besar, penetapan harga biasanya ditangani oleh manajer-manajer divisi atau lini produk.

2) Faktor Lingkungan Eksternal Perusahaan

a) Sifat Pasar dan Permintaan

Setiap perusahaan perlu memahami sifat pasar dan permintaan yang dihadapinya. Apakah termasuk pasar persaingan sempurna, persaingan monopolistik, oligopoli atau monopoli murni. Faktor-faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah elastisitas permintaan.

b) Biaya, Harga dan Penawaran Pesaing

Faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi keputusan penetapan harga perusahaan adalah biaya dan harga pesaing serta kemungkinan reaksi pesaing atas tindakan penetapan harga yang dilakukan perusahaan. Perusahaan juga perlu mengetahui harga dan mutu dari setiap produk yang ditawarkan pesaing.

c) Faktor-faktor eksternal lainnya

Selain faktor-faktor di atas, perusahaan perlu memperhatikan faktor-faktor lain dalam lingkungan eksternalnya. Faktor tersebut seperti: keadaan atau kondisi ekonomi (inflasi, tingkat bunga), kebijakan dan peraturan pemerintah, aspek sosial (kepedulian terhadap lingkungan).

Apakah tujuan promosi itu?

Secara umum tujuan kegiatan promosi adalah memberikan informasi, meyakinkan serta mengingatkan keberadaan suatu produk yang dihasilkan oleh perusahaan kepada masyarakat pada umumnya dan konsumen pada khususnya guna meningkatkan penjualan produk.

Ada juga tujuan khusus promosi yaitu:

1) Menginformasikan (informing), dapat berupa:

a) Menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru.

b) Memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk.

c) Menyampaikan perubahan harga pada pasar.

d) Menjelaskan cara kerja suatu produk.

e) Menginformasikan jasa-jasa yang disediakan perusahaan.

f) Meluruskan kesan yang keliru.

g) Mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli.

h) Membangun citra perusahaan.

2) Membujuk pelanggan sasaran (persuading) untuk:

a) Membentuk pilihan produk.

b) Mengalihkan pilihan ke merek tertentu.

c) Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk.

d) Mendorong pembeli untuk berbelanja saat itu juga.

e) Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga.

3) Mengingatkan (remainding) yang terdiri dari:

a) Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam waktu dekat.

b) Mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk perusahaan.

c) Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan.

d) Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan.

Apa saja komponen bauran promosi itu?

1) Periklanan

Periklanan adalah semua bentuk penyajian non personal dan promosi ide, barang atau jasa yang dibayar oleh suatu sponsor tertentu.

Ciri-ciri iklan:

(1) Presentasi umum, sifat komunikasinya yang umum memberikan semacam keabsahan produk dan penawaran yang terstandarisasi.

(2) Tersebar luas, periklanan adalah media berdaya sebar luas sehingga memungkinkan pembeli menerima dan membandingkan pesan iklan dari berbagai pesaing.

(3) Ekspresi yang lebih kuat, periklanan memberikan peluang untuk mendramatisasi perusahaan dan produknya melalui cetakan, suara dan warna yang penuh seni.

(4) Tidak bersifat pribadi, iklan hanya mampu melaksanakan monolog, bukan dengan dialog dengan audiens. Periklanan tidak memiliki kemampuan memaksa seperti wiraniaga perusahaan.

2) Promosi Penjualan

Promosi penjualan adalah berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa.

Caranya ada tiga, yaitu:

a) Komunikasi: promosi penjualan menarik perhatian dan biasanya memberikan informasi yang dapat mengarahkan konsumen kepada produk.

b) Insentif: promosi penjualan menggabungkan sejumlah kebebasan, dorongan atau kontribusi yang memberikan nilai bagi konsumen.

c) Ajakan: promosi penjualan merupakan ajakan untuk melaksanakan transaksi pembelian sekarang.

3) Hubungan Masyarakat dan Publisitas

Hubungan masyarakat dan publisitas adalah berbagai program untuk mempromosikan dan/atau melindungi citra perusahaan atau produk secara individual.

Daya tarik hubungan masyarakat dan publisitas didasarkan pada tiga sifat khusus, yaitu sebagai berikut:

a) Kredibilitas yang tinggi

Berita dan gambar lebih otentik dan dipercaya oleh pembaca dibandingkan dengan iklan.

b) Kemampuan menangkap pembeli yang tak terduga

Hubungan masyarakat dapat menjangkau banyak calon pembeli yang cenderung menghindari wiraniaga dan iklan.

c) Dramatisasi

Hubungan masyarakat memiliki kemampuan untuk mendramatisasi suatu perusahaan atau produk.

4) Penjualan secara pribadi/personal

Penjualan secara pribadi adalah interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih untuk melaksanakan presentasi, menjawab pertanyaan dan menerima pesan.

5) Pemasaran Langsung

Pemasaran langsung merupakan penggunaan surat, telephone, e-mail, faximili dan alat penghubung non personal lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon pelanggan.

Apakah fungsi saluran distribusi?

1) Mengumpulkan informasi mengenai pelanggan, pesaing, serta pelaku dan kekuatan lain yang ada saat ini maupun yang potensial dalam lingkungan pemasaran.

2) Mengembangkan dan menyebarkan komunikasi yang persuasive untuk merangsang pembelian.

3) Mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan syarat lain sehingga transfer kepemilikan dapat dilakukan.

4) Melakukan pemesanan ke perusahaan manufaktur.

5) Memperoleh dana untuk membiayai persediaan pada berbagai level saluran pemasaran.

6) Menanggung resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi saluran pemasaran tersebut.

7) Mengatur kesinambungan penyimpanan dan penggerakkan produk fisik dari bahan mentah sampai ke pelanggan akhir.

Sebutkan jenis-jenis saluran distribusi berdasarkan tingkat saluran!

1) Saluran level-nol (saluran pemasaran langsung), terdiri dari suatu perusahaan manufaktur yang langsung menjual kepada pelanggan akhir.

2) Saluran satu-level berisi satu perantara penjualan, seperti pengecer.

3) Saluran dua-level berisi dua perantara. Dalam pasar barang konsumsi, mereka umumnya adalah pedagang besar dan pengecer.

4) Saluran tiga-level berisi tiga perantara. Dari sudut pandang produsen, semakin banyak jumlah level saluran pemasaran, semakin sulit untuk memperoleh informasi tentang pelanggan akhir dan untuk melakukan pengendalian.

Sebutkan jenis-jenis distribusi dilihat dari jumlah salurannya!

1) Distribusi Eksklusif

Mencakup jumlah perantara yang sangat terbatas yang menangani barang atau jasa perusahaan. Hal itu dilakukan bila produsen ingin memiliki pengendalian yang besar terhadap level jasa dan hasil pelayanan yang ditawarkan oleh perantara itu.

2) Distribusi Selektif

Mencakup penggunaan lebih dari beberapa tetapi juga kurang dari semua perantara yang bersedia menjual produk tertentu. Perusahaan dapat mengembangkan hubungan kerjasama yang baik dengan perantara terpilih dan mengharapkan usaha penjualan yang lebih baik dari rata-rata, dibandingkan dengan menghabiskan tenaga pada banyak toko.

3) Distribusi Intensif

Produsen menempatkan barang dan jasa pada sebanyak mungkin toko. Strategi ini biasanya digunakan untuk produk yang mudah ditemukan (convinience items), seperti tembakau, bensin, permen karet, makanan ringan, sabun, dan lain-lain.

Apa yang dimaksud dengan laba?

Laba merupakan selisih antara penerimaan yang diterima dengan biaya total yang dibutuhkan untuk memproduksi dan memasarkan produk atau menyelenggarakan jasa.

Bagaimana hipotesis yang anda ajukan dalam penelitian ini?

PENGARUH STRATEGI MARKETING MIX TERHADAP LABA DI PT BMB EKSPORT YOGYAKARTA


/* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:”Table Normal”; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:””; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;}

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang Masalah

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan untuk mendapatkan laba. Melalui pemasaran perusahaan mendapatkan hasil, dan dari hasil inilah perusahaan mendapatkan laba. Oleh karena itu pemasaran merupakan hal penting yang tidak dapat dihindari perusahaan.

Banyak strategi yang dirumuskan perusahaan dalam memasarkan produknya. Strategi ini tergantung kepada masing-masing perusahaan. Untuk merumuskan strategi pemasaran yang akan dipergunakan banyak faktor yang harus dipertimbangkan perusahaan. Di antara faktor yang dipertimbangkan adalah konsumen manakah yang akan dituju, kepuasan seperti apa yang diinginkan oleh konsumen tersebut, serta marketing mix seperti apa yang dipakai untuk memberi kepuasan kepada konsumen tersebut (Swastha dan Irawan, 1990). Setelah mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, perusahaan merumuskan strategi pemasaran yang akan menjadi pedoman bagi personalia-personalia pemasaran perusahaan.  

Salah satu perusahaan besar yang juga menerapkan strategi pemasaran khusus dalam memasarkan produknya adalah PT BMB Eksport Yogyakarta. PT BMB Eksport yang mempunyai kepanjangan PT Borneo Melintang Buana Eksport adalah perusahaan Penanaman Modal Asing yang berdiri pada akhir Tahun 2000. Bidang usaha perusahaan ini ialah produksi dan penjualan mebel antik khusus untuk pasar ekspor. Barang yang sudah jadi diekspor ke negara pembeli sesuai dengan order yang telah diberikan. Tidak ada penjualan untuk dalam negeri.

Adapun barang yang dipasarkan berupa meja, kursi, lemari dan asesoris mebel lainnya. Barang didapat dari suplyer dari sekitar Jawa Tengah (Jepara, Grobogan, Klaten, Solo, dan Yogyakarta). Barang yang didapat dari suplyer itu masih berupa mebel lama yang belum diolah lagi. Oleh PT BMB barang ini kemudian diolah lagi, dengan diamplas, diservis, dipolitur, atau disemprot sesuai pesanan pembeli.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa konsumen yang dituju perusahaan khusus pasar ekspor dan tidak ada penjualan di dalam negeri. Untuk memasarkan produknya di pasar ekspor, PT BMB Eksport menerapkan strategi marketing mix yang disesuaikan dengan pasarnya. Berdasarkan kenyataan tersebut menarik minat penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul:

PENGARUH STRATEGI MARKETING MIX TERHADAP LABA DI PT BMB EKSPORT YOGYAKARTA

 

 

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan   latar   belakang  masalah  di  atas,  dirumuskan  masalah

sebagai berikut:

1.  Bagaimana pengaruh marketing mix yang terdiri dari faktor produk, harga, promosi dan distribusi terhadap laba PT BMB Eksport?

2.  Faktor apa yang paling dominan mempengaruhi laba PT BMB Eksport?

 

1.3  Batasan Masalah

Agar penelitian ini menjadi lebih fokus, maka diberikan batasan masalah sebagai berikut:

1.   Penelitian ini hanya dibatasi pada penelitian tentang strategi marketing mix yang terdiri dari biaya produksi, biaya distribusi dan biaya promosi.

2.   Penelitian ini dilakukan pada data perusahaan tahun 2000-2007.

3.   Penelitian dilakukan pada PT BMB Eksport Yogyakarta.

 

1.4  Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan di PT BMB Eksport Yogyakarta adalah:

1.   Untuk mengetahui pengaruh marketing mix PT BMB Eksport yang meliputi biaya produksi, biaya distribusi dan biaya promosi terhadap laba PT BMB Eksport.

2.   Untuk mengetahui variabel marketing mix manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap laba PT BMB Eksport.

 

1.5  Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1.   Bagi Universitas Wangsa Manggala

Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah kajian di bidang pemasaran khususnya strategi marketing mix.

2.   Bagi penulis

Penelitian ini dapat menambah dan melengkapi teori serta pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah.

3.   Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dan bahan acuan bagi penulis yang meneliti masalah sejenis.

 

1.6  Kerangka Penulisan

Dalam penulisan hasil penelitian ini digunakan kerangka sebagai berikut:

BAB  I   PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

1.2  Rumusan Masalah

1.3  Batasan Masalah dan Definisi Operasional

1.4  Tujuan Penelitian

1.5  Manfaat Penelitian

I.6  Kerangka Penulisan

BAB  II  LANDASAN TEORI

2.1.  Pengertian Pemasaran

2.2.  Manajemen Pemasaran

2.3. Konsep Pemasaran

2.4.  Strategi Pemasaran

2.5. Bauran Pemasaran

2.6.  Laba

2.7.  Hipotesis

BAB III METODE PENGAMATAN

3.1.  Objek Pengamatan

3.2.  Populasi dan Sampel

3.3. Variabel Penelitian

3.4.  Definisi Operasional

3.5. Alat Analisis

3.6. Kesulitan Penelitian dan Cara Pemecahannya

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

4.1. Sejarah Perusahaan

4.2. Lokasi Perusahaan

4.3. Struktur Organisasi

4.4. Sumber Daya Manusia

4.5. Data Perusahaan

BAB  V  PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Data

5.2. Analisis Kuantitatif

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.2. Saran

 

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PROFESIONALISME POLISI PARIWISATA DENGAN RASA AMAN PADA WISATAWAN DI YOGYAKARTA


st1\:*{behavior:url(#ieooui) }

/* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:”Table Normal”; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:””; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;}

BAB  I

PENDAHULUAN

 

A.  Latar Belakang Masalah

Pariwisata adalah suatu fenomena yang ditimbulkan oleh bentuk kegiatan manusia, yaitu kegiatan melakukan perjalanan (travel) (Kodhyat, 1996). Berdasarkan hal itu maka perjalanan yang dikategorikan sebagai kegiatan wisata dapat dirumuskan sebagai berikut; “….Perjalanan dan persinggahan yang dilakukan oleh manusia di luar tempat tinggalnya untuk berbagai maksud dan tujuan, tetapi bukan untuk tinggal menetap di tempat yang dikunjungi atau disinggahi, atau untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan dengan mendapatkan “upah“ (Hunziker dan Krapf dalam Kodhyat, 1996).

Dari pengertian pariwisata di atas, dapat diketahui bahwa pariwisata bukan merupakan kegiatan yang menghasilkan upah, sebaliknya dengan mengadakan perjalanan pariwisata, maka seseorang akan mengeluarkan biaya. Biaya-biaya dimaksud antara lain biaya konsumsi, biaya menginap, biaya transportasi, dan biaya-biaya lainnya. Biaya ini dikeluarkan sesuai dengan sarana yang digunakan oleh wisatawan ketika melakukan kunjungan wisata.

Berkaitan dengan itulah, maka kunjungan wisatawan mempunyai dampak ekonomi kepada daerah tujuan wisata yang didatangi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung adalah dengan adanya kunjungan wisatawan, dan akan menciptakan permintaan terhadap fasilitas-fasilitas  yang berkaitan dengan jasa industri pariwisata seperti hotel/losmen, rumah makan, sarana angkutan/travel biro dan jenis hiburan lainnya. Dengan adanya kegiatan pemenuhan kebutuhan wisatawan ini, akan meningkatkan pendapatan masyarakat (Yoeti, 1999). Dampak tidak langsung adalah perkembangan di bidang pariwisata akan meningkatkan juga bidang-bidang lainnya.

Pengembangan kepariwisataan membawa banyak manfaat dan keuntungan. Oleh karena itu dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1993, dinyatakan bahwa pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan sektor lain yang terkait, sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah dan pendapatan negara serta penerimaan devisa meningkat melalui upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan Nasional (www.bapedajambi.go.id, 2007).

Pengembangan kepariwisataan merupakan kegiatan lintas sektoral. Memperhatikan hal tersebut suksesnya pembangunan kepariwisataan nasional sangat ditentukan oleh adanya dukungan serta partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat, baik pemerintah, pihak swasta, maupun anggota masyarakat lainnya (www.bapedajambi.go.id, 2007).

Dalam rangka memperoleh dukungan dan partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat, diperlukan penyebaran informasi tentang arti pentingnya pengembangan kepariwisataan yang dilakukan secara berkesinambungan melalui Buku Bimbingan Masyarakat Sadar Wisata dan Sapta Pesona Wisata (www.bapedajambi.go.id, 2007).

Senada dengan pendapat tersebut PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO) mengakui bahwa kegiatan kepariwisataan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal tersebut ditunjukkan dengan datangnya wisatawan ke obyek-obyek wisata, sehingga berakibat pada meningkatnya pendapatan bagi masyarakat obyek wisata tersebut yang bergerak dalam bidang-bidang yang berhubungan dengan sektor kepariwisataan, seperti: jasa penginapan, penjualan cindera mata, dan penjual makanan khas daerah setempat (Santosa, 2002).

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Memet (dalam www.kompas.com, 2000) yang mengemukakan bahwa wisatawan mancanegara yang berkunjung pada obyek wisata yang menggunakan waktu rata-rata lima hari di tempat wisata tersebut akan membelanjakan 110 Dollar AS per hari pada tiap wisatawan, sedangkan wisatawan lokal akan membelanjakan uang rata-rata Rp 100.000 per individu, dalam waktu rata-rata dua hari. Menurut Memet, kenyataan tersebut berlaku sama di hampir semua daerah kunjungan wisata. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa semakin banyak jumlah kunjungan wisatawan maka akan semakin banyak pula pendapatan yang diperoleh masyarakat dari penyediaan jasa pendukung pariwisata.

Uang yang dihabiskan wisatawan digunakannya untuk keperluannya selama di lokasi wisata, antara lain untuk makan, minum, transportasi, belanja souvenir, dan lain-lain. Kegiatan inilah yang meningkatkan pendapatan bagi masyarakat obyek wisata tersebut.

Yogyakarta dari dulu sudah terkenal sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan asing, baik wisatawan nusantara (domestik) maupun mancanegara. Potensi wisata yang dimiliki daerah Yogyakarta terbentuk dari kondisi geografis, sejarah dan budaya yang dimilikinya.

Potensi wisata yang berasal dari kondisi geografis meliputi obyek wisata alam, obyek wisata laut/bahari, dan obyek wisata buatan. Obyek wisata alam yang berasal dari pemandangan alam Gunung Merapi yang terkenal di Yogyakarta antara lain kawasan wisata alam Kaliurang, Kaliadem dan kawasan Lava Tour. Kawasan Lava Tour terkenal sejak Gunung Merapi memuntahkan lava dan bahan-bahan lain dari perut Gunung Merapi. Kawasan wisata pantai yang terdiri dari Pantai Parangtritis, Parangkusumo, Parangendog, dan Pandansimo yang terkenal dengan legenda Nyi Roro Kidul, Pantai Glagah Indah yang terkenal dengan ombak besar dari Samudera Hindia, Pantai Krakap dan Pantai Baron yang terkenal dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan pasir pantainya yang berwarna putih, Pantai Samas, Pantai Sanden, dan Pantai Bugel yang terkenal karena budaya masyarakatnya, dan juga Pantai Trisik dan Pantai Congot yang terkenal dengan TPI-nya. Selain itu masih banyak lagi lokasi wisata  alam lainnya antara lain Goa Kiskendo yang terkenal dengan legenda wayangnya, Goa Selarong yang merupakan goa tempat persembunyian Pangeran Diponegoro pada waktu melawan Belanda, Goa Maria yang merupakan tempat wisata agama Katholik, Goa Cermai, Goa Bribin, Goa Lowo, dan lain-lain. 

Obyek wisata buatan yang ada di Yogyakarta adalah Waduk Sermo yang merupakan waduk buatan yang banyak dikunjungi wisatawan lokal yang ingin menyaksikan kecanggihan teknologi waduk dan juga menikmati makan ikan di atas rakit yag dibuat oleh penduduk di kawasan waduk. Selain waduk Sermo ada juga Kebun Binatang Gembiraloka yang selain dijadikan obyek wisata juga sering dijadikan sebagai tempat penelitian untuk bidang biologi dan penangkaran hewan langka. Ada juga lokasi wisata buatan yang berbentuk agrowisata, antara lain Agrowisata Kalibawang, Agrowisata Congot, dan juga Agrowisata Salak di Turi. Wisata buatan lainnya yang juga tidak kalah terkenal sebagai tempat para wisatawan untuk mendapatkan cinderamata khas Jogja adalah kawasan Malioboro, Pasar Ngasem dan Kota Gede yang terkenal dengan kerajinan peraknya.

Potensi wisata yang berasal dari sejarah meliputi obyek wisata peninggalan-peninggalan sejarah dan budaya, antara lain Candi Prambanan (yang sering disebut juga Candi Sewu dan Candi Roro Jonggrang), Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Gebang, Candi  Ijo, Candi Banyunibo, Candi  Morangan, Candi  Barong, Candi  Abang, Candi  Rejo, Candi Ratu Boko, Candi Watu Gudig, dan Candi Sambisari. Selain itu yang juga dikategorikan sebagai potensi wisata sejarah adalah Kraton Yogyakarta, Kraton Pakualaman, Makam Panembahan Senopati, Museum Sonobudoyo, Museum Sasmitaloka, Museum Ulen Sentalu, Museum Panglima Sudirman, Benteng Vredeburg, dan lain-lain.

Banyaknya obyek wisata dengan daya tarik yang mempesona membuat banyak wisatawan asing dan lokal berkunjung ke Yogyakarta. Hal ini dapat dilihat dari data jumlah kunjungan wisatawan yang tercatat di Dinas Pariwisata Provinsi DIY.

Tabel 1

Perkembangan Kunjungan Wisatawan di Provinsi DIY

Sumber :  Dinas Pariwisata Provinsi DIY, 2007.

 

 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah wisatawan asing dan lokal yang berkunjung ke Yogyakarta berjumlah ribuan setiap tahunnya. Akan tetapi ada beberapa fenomena menarik dari data yang terlihat tersebut, yaitu sejak adanya krisis moneter 1997 kunjungan wisatawan cenderung meningkat terus. Hal ini dikarenakan pada saat itu banyak sekali program promosi yang dilancarkan pemerintah Jogja untuk menarik kunjungan wisatawan, antara lain Program Jogja Never Ending Asia yang diluncurkan untuk menarik turis, khususnya turis asing. Program ini cukup berhasil, terbukti dari meningkatnya kunjungan wisatawan asing yang datang ke Yogyakarta.

Akan tetapi dapat dilihat pula bahwa pada tahun 2003 terjadi penurunan jumlah wisatawan, baik wisatawan asing maupun mancanegara. Penurunan jumlah wisatawan asing adalah sebesar 21,61% untuk wisatawan asing dan 22,26% untuk wisatawan lokal. Penurunan jumlah wisatawan sampai sebesar lebih dari 20% ini disebabkan pada akhir tahun 2002, tepatnya pada tanggal 2 Oktober 2002 terjadi peristiwa Bom Bali yang membawa korban ratusan orang tewas, sebagian besar korban adalah turis asing yang tengah menikmati wisata di Bali. Bali yang dibangga-banggakan sebagai wilayah yang aman dan tenteram ternyata dijadikan target oleh teroris. Sektor pariwisata Bali langsung terpukul. Ribuan turis asing membatalkan kunjungan ke Bali. Warga asing pun diminta Pemerintahnya masing-masing untuk hati-hati ke Bali yang dinilai tidak aman. Akibatnya, jumlah kunjungan wisatawan ke Bali langsung turun drastis selama beberapa bulan. Tingkat hunian hotel melorot sampai hanya menjadi 5,89 persen saja (Karsadi, dkk., 2002).

Dampak dari teror Bom Bali tersebut tidak hanya mengenai Bali saja, tetapi Indonesia pada umumnya. Apalagi lembaga internasional PBB, menetapkan Indonesia sebagai salah satu negara sarang teroris, yaitu Jamaah Islamiyah. Kenyataan ini sangat memukul dunia wisata Indonesia. Sektor pariwisata yang sejak lama menjadi pahlawan karena banyak mendatangkan devisa dan juga menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang, menjadi terpukul.

Pemerintah kemudian bekerja keras untuk mengembalikan kepercayaan internasional bahwa Indonesia aman. Dilakukan langkah-langkah strategis untuk memulihkan keamanan di Indonesia. Jika keamanan kembali stabil seperti semula, maka diharapkan jumlah kunjungan wisatawan ke beberapa daerah tujuan wisata di Indonesia kembali meningkat.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa masalah keamanan sangat penting bagi wisatawan. Tujuan mereka berwisata adalah untuk melepas lelah dari segala rutinitas sehari-hari dan mendapatkan kesenangan, sehingga jika perjalanan wisata mereka diwarnai keresahan karena tidak amannya daerah tujuan wisata yang mereka kunjungi, maka pastilah mereka tidak mau mengunjungi daerah wisata yang tidak aman itu.

Selain dipengaruhi oleh situasi dan kondisi keamanan secara global di negara tujuan, kondisi keamanan di lokasi obyek wisata juga ikut menentukan tingkat keamanan yang dirasakan wisatawan. Adanya perasaan takut dan tidak aman yang dirasakan wisatawan di sebuah obyek wisata tertentu, membuat mereka tidak mau mengunjungi obyek wisata tersebut.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Pengamanan Pariwisata Polda DIY pada tahun 2003 – 2007 diketahui bahwa terjadi peningkatan tindak kriminal yang terjadi pada wisatawan khususnya wisatawan mancanegara (Dokumen Dit. Pam Par Polda DIY, 2007).

Hal ini sejalan dengan hasil wawancara yang dilakukan penulis pada tanggal 21 Oktober 2007 terhadap dua orang wisatawan asing, dua orang wisatawan lokal serta dua orang pelaku usaha wisata yang ada di Malioboro Jogjakarta. Pertanyaan yang diajukan adalah hal apa yang membuat wisatawan merasa enggan berkunjung ke suatu obyek wisata. Dari hasil wawancara diketahui bahwa penyebab keengganan wisatawan untuk berkunjung ke obyek wisata tertentu adalah kurang amannya obyek wisata tersebut. Mereka mengetahui masalah keamanan itu dari informasi dan pengalaman teman mereka terdahulu yang pernah menjadi korban kriminal pada obyek wisata yang bersangkutan. Berdasarkan informasi itu para wisatawan memutuskan untuk tidak mengunjungi lokasi wisata tersebut. Di lain pihak dari hasil wawancara dengan pelaku usaha di Malioboro Jogja diketahui bahwa masyarakat pelaku usaha di Malioboro berharap kawasan Malioboro dijamin keamanannya, sehingga dapat menentramkan bagi para wisatawan yang sedang berwisata dan juga dapat menentramkan masyarakat sekitar yang mencari penghasilan dari kegiatan wisata.

Untuk memberikan rasa aman bagi wisatawan dan juga pengelolaannya, maka di tempat wisata perlu didirikan beberapa fasilitas, sarana dan prasarana penting antara lain: Gedung Pengelolaan, Pusat Informasi Wisatawan, Poliklinik Kesehatan, Pos Polisi, Pemadam Kebakaran, Gardu Listrik, serta Stasiun Radio (www.tamanmini.com., 2007). Selain itu ditambahkan Mardana (dalam www.sinarharapan.com, 2007) bahwa pembenahan pariwisata dimulai dari pengamanan aset-aset wisata, sehingga dapat memberikan rasa aman saat berwisata dan diharapkan akan merangsang para wisatawan untuk berkunjung.

Atas dasar keinginan untuk meningkatkan keamanan para wisatawan yang berkunjung ke daerah kunjungan wisata, maka diadakanlah Polisi Pariwisata. Polisi Pariwisata ini merupakan polisi yang khusus ditugaskan untuk mengamankan dan memperlancar kegiatan wisata yang dilakukan oleh para wisatawan.

Menurut data Dit Pamwisata Polda DIY (2007), tugas pokok Polisi Pariwisata adalah 1) memberikan pengamanan dalam bentuk perlindungan dan pertolongan pertama kepada wisatawan, 2) memberikan pelayanan dalam bentuk pemberian informasi, petunjuk yang diperlukan wisatawan, 3) pengawasan terhadap lalulintas wisatawan, dan 4) memberikan bimbingan pada seluruh potensi yang bergerak di bidang usaha kepariwisataan (pemerintah/swasta) untuk berpartisipasi aktif dalam pengamanan pariwisata.

Dalam melaksanakan tugas pokoknya itu, Polisi Pariwisata mempunyai lingkup tugas : 1) pengamanan, penertiban, perlindungan, dan pertolongan kepada wisatawan serta penyelamatan obyek-obyek wisata, 2) pembentukan pusat informasi, pos-pos polisi di kawasan obyek wisata dan kawasan fasilitas kepariwisataan, 3) pembentukan dan pembinaan satuan pengamanan dalam kawasan obyek wisata maupun kawasan fasilitas kepariwisataan. Semua tugas yang dibebankan kepada polisi pariwisata itu dilakukan dalam bentuk: 1) pengaturan, 2) penjagaan, pengawalan, patroli, dan pembinaan (Dit Pamwisata Polda DIY, 2007).

Tanya-Jawab: Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Kecemasan Moral Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala


/* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:”Table Normal”; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:””; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;}

Apa judul penelitian Anda?

Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Kecemasan Moral Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala

 

Apa latar belakang Anda melakukan penelitian itu?

Dimasa sekarang ini banyak mahasiswa yang menjadi pelaku tindakan-tindakan yang bertentangan dengan moral. Sebagai contoh hidup bebas tanpa nikah (seamen leaven) sudah menjadi hal yang biasa dilakukan oleh mahasiswa. Selain itu banyak sekali kebudayaan-kebudayaan buruk sudah dianggap sebagai bagian dari trend hidup modern di kalangan mahasiswa, misalnya minum-minuman keras, menggunakan obat terlarang (psikotropika), menggunakan pakaian yang terbuka aurat (pornoaksi), bergaul dalam dugem (dunia gemerlap), dan bentuk-bentuk pergaulan lain yang bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama. Saya ingin megetahui.

Akan tetapi walaupun banyak mahasiswa yang telah terjebak dalam pergaulan yang bebas, ada pula mahasiwa yang justru takut terjebak ke dalam pergaulan bebas tersebut. Mahasiswa tersebut merasakan kecemasan moral. Menurut Freud (dalam Hall & Lindzey, 1993) kecemasan moral adalah rasa takut terhadap suara hati. Seseorang yang superegonya berkembang dengan baik cenderung merasa bersalah jika melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma moral dengan mana mereka dibesarkan. Mahasiswa yang merasakan kecemasan moral ini kemungkinan disebabkan karena mempunyai religiusitas yang tinggi, sehingga dia merasakan kecemasan moral karena dia mempunyai religiusitas.

Berdasarkan asumsi tersebut Saya tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara religiusitas dengan kecemasan moral di kalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta.

 

Apa buktinya bahwa remaja jaman sekarang menganggap bahwa pergaulan bebas adalah lumrah?

Bukti bahwa pergaulan bebas sudah menjadi bagian dari remaja adalah adanya cap “nggak gaul” bagi remaja yang menghindari melakukan pergaulan bebas. Berkaitan dengan cap “nggak gaul” tersebut,  Pratiwi, psikolog yang juga salah satu staf pengajar di Fakultas Psikologi UMS yang mendalami perkembangan remaja, menyatakan bahwa mendekati atau bahkan melakukan pergaulan bebas tersebut remaja justru menjadi “nggak gaul” karena dengan melakukannya berarti remaja memiliki pola pikir yang terbelakang (Solopost, 9 Januari 2005).

 

Apa yang dimaksud dengan kecemasan moral?

Menurut Freud (dalam Hall & Lindzey, 1993) kecemasan moral adalah rasa takut terhadap suara hati. Seseorang yang superegonya berkembang dengan baik cenderung merasa bersalah jika melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma moral dengan mana mereka dibesarkan.

 

Kapan kecemasan moral itu muncul?

Kecemasan moral muncul apabila seseorang merasa khawatir akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan moral. Oleh karena itu orang yang memiliki kecemasan moral akan cenderung menghindari apa yang bertentangan dengan moral (Hall & Lindzey, 1993).

 

Apa yang menyebabkan mahasiswa yang memiliki religiusitas merasakan kecemasan moral?

Adanya pola pergaulan bebas yang sangat marak disekelilingnya membuat mahasiswa yang memiliki kecemasan moral merasa takut bahwa di tengah lingkungan pergaulan yang intensif dengan teman-temannya yang telah melakukan pergaulan bebas, akhirnya ia akan terseret. Apalagi sebagai manusia, ia tidak lepas dari fitrah manusia yaitu tidak luput dari khilaf dan dosa. Hal ini semakin sulit ketika mahasiswa tersebut dihadapkan pada pilihan apakah akan tetap mempunyai sikap tidak mau terjerumus dalam pergaulan yang bebas tersebut atau berpisah dari teman-temannya. Terkadang seorang mahasiswa yang berusaha memegang teguh nilai-nilai moral dan agama justru dijauhi oleh teman-temannya. Padahal sebagai mahasiswa ia tetap membutuhkan teman-teman sebagai kelompok sosialnya.

 

Bagaimana kira-kira hubungan antara kecemasan moral dengan religiusitas mahasiwa yang Anda teliti?

Mahasiswa yang melakukan pergaulan bebas adalah mahasiswa yang mempunyai kecemasan moral rendah. Sebaliknya mahasiswa yang mempunyai kecemasan moral tinggi tidak akan melakukan pergaulan bebas karena hal itu bertentangan dengan norma moral dan agama yang dijunjungnya.

 

Faktor apa saja yang mempengaruhi kecemasan moral?

Kecemasan moral yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan  religiusitas (Kartono, 2005). Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang yang bersangkutan dan sebaliknya faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar dirinya. Faktor religiusitas adalah faktor yang mempunyai kaitan yang erat dengan agama yang dianut seseorang, sehingga apa yang baik menurut agama biasanya baik pula menurut moral, demikian pula sebaliknya.

 

Mengapa orang yang mempunyai religiusitas tinggi akan mempunyai kecemasan moral yang tinggi pula?

Karena orang-orang yang mempunyai nilai religiusitas yang tinggi akan selalu mencoba patuh terhadap ajaran-ajaran agama, menjalankan ritual agama, menyakini dokrin-dokrin agama, beramal dan selanjutnya merasakan pengalaman-pengalaman beragama. Sedangkan pola pergaulan bebas bertentangan dengan agama, oleh karena itulah orang yang mempunyai tingkat religiusitas yang tinggi akan mempunyai kecemasan moral yang tinggi, yaitu takut melakukan hal-hal yang dilarang oleh agamanya.

 

Apa yang dimaksud dengan sikap religius?

 Sikap religius adalah keadaan dalam diri seseorang dalam merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia dengan cara melaksanakan semua perintah Tuhan dan meninggalkan seluruh larangan-Nya, sehingga hal ini akan membawa ketenangan dan ketentraman pada diri.

 

Bagaimana peranan agama dalam kehidupan sosial?

Peranan agama adaah sebagai pendorong atau penggerak serta pengontrol dari tindakan-tindakan para anggota masyarakat untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran-ajaran agamanya, sehingga tercipta ketertiban sosial.

 

Bagaimana peran agama dalam kepribadian seseorang?

Keyakinan beragama menjadi bagian integral dari kepribadian seseorang yang akan mengawasi segala tindakan, perkataan bahkan perasaannya. Pada saat seseorang tertarik pada sesuatu yang tampaknya menyenangkan, maka keimanannya akan bertindak, menimbang dan meneliti apakah hal tersebut boleh atau tidak oleh agamanya. Agama mempunyai peran penting dalam pembinaan moral karena nilai-nilai moral yang datang dari agama bersifat tetap dan universal. Apabila seseorang dihadapkan pada suatu dilema, ia akan menggunakan pertimbangan-pertimbangan berdasarkan nilai-nilai moral yang datang dari agama. Oleh karena itu orang itu akan berada dimanapun dan dalam posisi apapun, akan tetap memegang prinsip moral yang telah tertanam dalam hati nuraninya. Berdasarkan hal inilah, sehingga nilai-nilai agama yang telah diinternalisasi oleh seseorang diharapkan mampu menuntun semua perilakunya.   

 

Bagaimana hubungan antara nilai religiusitas yang dimiliki seseorang dengan moralnya?

Semakin kuat nilai-nilai religiusitas yang dimiliki seseorang akan semakin kuat keinginannya untuk menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan moral. Karena baginya hal yang bertentangan dengan moral berarti akan bertentangan dengan nilai agama.

 

Bagaimana pengaturan seks menurut agama Islam?

Khusus untuk agama Islam, maka Islam menghargai kebebasan seseorang untuk berekspresi, namun dalam koridor syariat. Islam juga mengakui bahwa setiap manusia memiliki naluri seksual, namun mengarahkannya supaya disalurkan dalam cara-cara sesuai syariat. Islam sebagai mabda’ (ideologi) memiliki cara-cara yang khas, untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi manusia tanpa menelantarkan kebutuhannya yang lain, dan juga tanpa mengabaikan kebutuhan manusia lainnya dalam masyarakat. Oleh karena itu, Islam tidak memperbolehkan ada seorang pun dalam wilayah Islam yang mengumbar aurat, kecuali dalam hal-hal yang dibenarkan syariat.

 

Apa tujuan dan manfaat penelitian yang Anda lakukan?

            Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan antara tingkat religiusitas dengan kecemasan moral mahasiswa. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah mampu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun manfaat praktis, yaitu:

1.   Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah teoritis khususnya dalam bidang psikologi klinis dan psikologi islami.

2.   Manfaat Praktis

Apabila penelitian ini terbukti diharapkan mampu  memberikan  manfaat  bagi

mahasiswa untuk dapat memilih nilai-nilai yang baik bagi dirinya sesuai dengan tuntunan moral dan agama.

 

Apa pengertian kecemasan?

Terdapat pengertian kecemasan yang berbeda-beda menurut para ahli, antara lain:

1.  Menurut Ramalah (2003) kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang.

2. Menurut Lazarus (1981) kecemasan merupakan aspek kepribadian yang mempengaruhi emosi seseorang. Jadi kecemasan mempunyai sifat yang subjektif dengan kondisi dan situasi yang dialami oleh masing-masing individu.

3.  Menurut Johnson (1971) kecemasan adalah suatu pengalaman emosional yang dirasakan individu sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan (tidak jelas apa yang menyebabkan) yang muncul karena ada ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam tubuh yang berlangsung secara terus­menerus, juga karena rasa frustasi, ketidakpuasan, rasa tidak aman, dan permusuhan.

4.  Menurut Mischel (1981) kecemasan adalah ketakutan yang dipelajari.

 

Apakah kecemasan berbda dengan ketakutan? Jelaskan

Kecemasan berbeda dengan ketakutan. Ketakutan merupakan respon terhadap bahaya dari luar yang sifatnya nyata (obyektif), misalnya takut pada ular, badai. Di lain pihak pada kecemasan, bahayanya bersifat kabur dan terkadang irasional, misalnya ancaman, adanya hambatan terhadap keinginan pribadi atau perasaan-perasaan tertekan yang muncul dalam kesadaran. Hal ini dapat terjadi karena kekecewaan, ketidakpuasan, tidak aman, atau adanya perasaan bermusuhan dengan orang lain. Kecemasan bersifat kabur oleh karena itu kecemasan menjadi sangat subyektif, artinya sesuatu yang menimbulkan kecemasan pada diri seseorang belum tentu menimbulkan kecemasan pada orang lain.

 

Berasal dari bahasa apakah moral itu dan apa pengertiannya?

     Kata moral berasal dari kata ”mos” yang dalam bahasa Latin artinya adalah ”kebiasaan”.

      Arti kata moral adalah keharusan, kepantasan atau keseyogyaan untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan manusia yang dianggap baik.

       Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia moral adalah ukuran kelaziman aspek-aspek kemasyarakatan dilihat dari dari segi kesusilaan.

 

Apa yang dimaksud dengan norma moral?

Norma moral adalah aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia. Aturan yang dimaksud di sini antara lain mengenai hal yang baik dan buruk, benar dan salah, bagi manusia.

 

Sebutkan tiga macam perilaku atau perbuatan manusia!

1.  Perbuatan-perbuatan yang manusia sepantasnya atau seharusnya atau seyogyanya mengerjakan. Sebagai contoh melaksanakan perintah agama dan mentaati norma yang berlaku dalam masyarakat.

2.  Perbuatan-perbuatan yang manusia tidak sepantasnya atau tidak seharusnya atau tidak seyogyanya mengerjakan. Sebagai contoh melakukan pencurian, berbohong, dan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.

3. Perbuatan-perbuatan yang manusia boleh mengerjakan dan boleh pula tidak mengerjakannya. Sebagai contoh bedagang, bertani, mencari nafkah, dan lain-lain.

 

Apakah ada standar ukuran kesusilaan?

Ukuran kesusilaan itu sangat relatif, tergantung pada nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakat setempat.

 

Darimana sumber kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat?

Sumber kesusilaan itu berasal dari agama dan adat-istiadat. Kesusilaan yang berasal dari agama, biasanya identik dengan larangan-larangan yang ada pada masing-masing agama. Apabila sesuatu dilarang oleh agama, maka hal itu otomatis juga bertentangan dengan kesusilaan. Larangan yang berasal dari agama bersifat universal karena peraturan agama berasal dari Tuhan, artinya pada agama yang sama, akan berlaku larangan yang sama. Di lain pihak, untuk kesusilaan yang berasal dari adat-istiadat, sangat tergantung kepada adat yang berlaku di wilayah tertentu.

 

Apa yang dimaksud dengan kecemasan moral?

Kecemasan moral adalah ketakutan terhadap hati nurani sendiri. Seorang yang superegonya berkembang dengan baik cenderung merasa bersalah jika melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma moral. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kecemasan moral adalah kecemasan yang terjadi apabila seseorang merasa bersalah jika melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma moral. Norma moral dalam hal ini adalah norma-norma kesusilaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

 

Apakah fungsi kecemasan itu?

Fungsi kecemasan adalah untuk memperingatkan individu akan adanya bahaya dan merupakan isyarat bagi ego bahwa jika tidak dilakukan tindakan-tindakan tepat maka bahaya akan meningkat sampai ego dikalahkan. Selain itu kecemasan juga berfungsi untuk memotivasi individu untuk melakukan sesuatu. Individu bisa lari dari daerah yang mengancam, menghalangi infus yang membahayakan, atau menuruti suara hati.

 

Bagaimana proses terjadinya kecemasan?

Terjadinya kecemasan diawali dengan adanya interpretasi tertentu terhadap peristiwa yang dialami. Kemudian individu menggunakan pikirannya untuk menginterprestasikan kejadian yang dialami. Setelah proses berpikir itulah individu kemudian mengalami respon emosional yang disebut kecemasan.

 

Bagaimana proses dan fungsi kecemasan moral? Dan apa bedanya dengan kecemasan biasa?

Fungsi dan proses terjadinya kecemasan moral sama dengan fungsi dan proses terjadinya kecemasan pada umumnya. Bedanya hanya pada penyebab kecemasan, yaitu pada kecemasan moral penyebabnya adalah rasa takut melakukan pelanggaran terhadap norma-norma moral yang berlaku di dalam masyarakat.

Dilihat dari fungsinya, kecemasan moral berfungsi menjaga seseorang agar tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan moral. Untuk itu orang yang mengalami kecemasan moral dapat melakukan tindakan menjauhi hal-hal yang dapat membuatnya melakukan pelanggaran norma moral, misalnya dengan tidak bergaul dengan orang-orang yang melakukan pelanggaran norma moral.

Bagaimana struktur kepribadian menurut pandangan psikoanalitik?

Struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem: id, ego, dan superego. Ketiganya adalah nama bagi proses-proses psikologis dan bukan sebagai agen-agen yang secara terpisah mengoperasikan kepribadian. Akan tetapi ketiganya merupakan fungsi-fungsi kepribadian sebagai keseluruhan daripada sebagai bagian yang terasing satu sama lain. Id adalah komponen biologis, ego adalah komponen psikologis, sedangkan superego merupakan komponen sosial.

a.   Id

Id adalah sistem kepribadian yang orisinil; kepribadian setiap orang hanya terdiri dari id ketika dilahirkan. Id merupakan tempat bersemayamnya naluri-naluri. Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Seperti kawah yang terus mendidih dan bergolak, id tidak bisa menoleransi ketegangan, dan bekerja untuk  melepaskan ketegangan itu sesegera mungkin untuk mencapai keadaan homeostatis (homeostatis atau ”kebijaksanaan jasmaniah” manusia, sehingga terjadi pengaturan yang otomatis dari fungsi-fungsi jasmani dan rohani; homes, homolos = sama, sama bentuk; statis, statikos = berdiri seimbang, stabil, tidak berubah. Homeostatis = unsur mengimbangkan segenap fungsi jasmani-rohani. Dengan diatur oleh asas kesenangan yang diarahkan pada pengurangan ketegangan, penghindaran kesakitan, dan peroleh kesenangan. Id bersifat tidak logis, amoral dan didorong oleh satu kepentingan: memuaskan kebutuhan-kebutuhan naluriah sesuai dengan asas kesenangan. Id tidak pernah matang dan selalu menjadi anak manja dari kepribadian, tidak berpikir, dan hanya menginginkan atau bertindak. Id bersifat tidak sadar.

b.   Ego

Ego memiliki kontak dengan dunia eksternal dan kenyataan. Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan dan mengatur. Sebagai ”polisi lalu lintas” bagi id, superego, dan dunia eksternal, tugas utama ego adalah mengantarai naluri-naluri dengan lingkungan sekitar. Ego mengendalikan kesadaran dan melaksanakan sensor. Dengan diatur oleh asas kenyataan, ego berlaku realistis dan berpikir logis serta merumuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan. Adapun hubungan antara ego dan id adalah bahwa ego adalah tempat bersemayam inteligensi dan rasionalitas yang mengawasi dan mengendalikan impuls-impuls buta dari id. Sementara id hanya mengenal kenyataan subjektif, ego membedakan bayangan-bayangan mental degan hal-hal yang terdapat di dunia eksternal.

c.   Superego

Superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Superego merepresentasikan hal yang ideal dari hal yang riel, dan mendorong bukan kepada kesenangan, melainkan kepada kesempurnaan. Superego merepresentasikan nilai-nilai tradisional dan ideal masyarakat yang diajarkan oleh orang tua kepada anak. Superego berfungsi menghambat impuls-impuls id. Kemudian, sebagai internalisasi standar-standar orang tua dan masyarakat, superego berkaitan dengan imbalan-imbalan dan hukuman-hukuman. Imbalan-imbalannya adalah perasaan bangga dan mencintai diri, sedangkan hukuman-hukumannya adalah perasaan berdosa dan rendah diri.

 

Dari ketiga struktur kepribadian di atas, dimana letak kecemasan moral?

Kecemasan moral yang dialami remaja sangat erat hubungannya dengan superego yang dimilikinya. Semakin sempurna superego yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi kesadarannya tentang benar dan salah, sehingga semakin takut ia untuk melakukan kesalahan. Semakin tinggi ketakutannya untuk melakukan kesalahan, berarti kecemasan moralnya semakin tinggi pula.

 

Apa yang dimaksud dengan kecemasan realitas?

Kecemasan realitas adalah rasa takut terhadap bahaya nyata di dunia luar, dan taraf kecemasannya sesuai dengan derajat ancaman yang ada. Kecemasan ini berhubungan dengan respon ego terhadap ancaman atau bahaya yang berasal dari lingkungan di luar individu.

 

Apa yang dimaksud dengan kecemasan neurotik?

Di lain pihak kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap tidak terkendalinya naluri-naluri yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan yang mendatangkan hukuman bagi dirinya.


Apa saja aspek-aspek kecemasan moral?

a.   Hati nurani

……………..

b.   Tanggung jawab

…………..

c.   Kesadaran

……………….

d.   Tindakan

……………

e.   Lingkungan

…………………

 

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kecemasan moral yang dialami oleh remaja?

a.   Faktor internal

………….

b.   Faktor eksternal

………….

c.   Faktor religiusitas

……………..

 

Bagaimana pengertian religiusitas?

Pengertian religiusitas adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Manusia dikatakan religius jika mematuhi norma kebenaran yang telah di tentukan dan sesuai dengan kaidah agama. Semakin tinggi religiusitas seseorang, maka akan timbul kecenderungan untuk menolak hal-hal yang ditentang oleh agama.

 

Apa yang dimaksud dengan sikap keagamaan?

Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur efektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif.

 

Apa saja fungsi agama?

a. Menghormati akal sekaligus memfungsikannya secara baik, agar manusia dapat berpikir cerdas tentang kejadian alam semesta serta dapat mengambil pelajaran dari alam itu, bahwa kejadiannya yang indah menjadi bukti nyata atas kekuasaan Allah yang maha besar, pencipta alam dan pengaturnya.

b.   Menyinari jiwa agar tunduk kepada perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

c. Menyucikan hati manusia agar berakhlakul karimah, sehingga ia hidup dalam ketenangan baik jasmani maupun rohani.

d.  Menjadi obor penerangan agar manusia dapat menempuh jalan kebaikan.

a.  Menjamin kebaikan bagi seluruh masyarakat agar kehidupan tetap stabil.

b.  Menjadi tali yang kokoh untuk mempertautkan segala hati, karena pertalian yang harmonis di masyarakat bersumber pada keselarasan dan keikhlasan hati.

c.  Menjadi obat bagi penyakit sosial yang berkembang di masyarakat.

 

Apa saja aspek-aspek religiusitas?

a.   Dimensi Ideologi (The Idiological Dimension)

Adalah ………………….

b.   Dimensi Ritualistik (The Ritualistic Dimension)

Adalah ………….

c.   Dimensi Perasaan (The Feeling Dimension)

Yaitu ……………

d.   Dimensi Intelektual (The Intelectual Dimension)

Yaitu ……………

e.   Dimensi Konsekuensial (The Consequential Dimension)

Yaitu …………….

 

Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas

a.   …………………………….

 

Bagaimana hubungan religiusitas dengan kecemasan moral ?

Dalam mempengaruhi kehidupan umat manusia, religiusitas tidak berdiri sendiri. Ada beberapa dimensi religiusitas, yaitu dimensi ideologis, ritualistik, perasaan, intelektual, dan konsekuensial. Adapun pengaruh dari masing-masing dimensi terhadap kecemasan moral yang dimiliki seseorang adalah sebagai berikut.

1.      ……………………………………

 

Apa hipotesis yang anda lakukan dalam penelitian ini?

Ada hubungan positif antara tingkat religiusitas dengan  kecemasan moral di kalangan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta.

 

Apa alat analisis yang Anda gunakan dalam penelitian ini?

Alat uji yang saya gunakan adalah korelasi Product Moment dari Pearson.

 

Bagaimana hasil uji korelasi yang Anda dapatkan?

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan Korelasi Product Moment dari Pearson diperoleh koefisien korelasi rxy = 0,253 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara  religiusitas dengan kecemasan moral, artinya semakin tinggi tingkat religiusitas, maka semakin tinggi pula kecemasan moralnya.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui besarnya koefisien determinasi (R2) sebesar 0,064. Artinya sumbangan yang diberikan variabel religiusitas terhadap kecemasan moral sebesar 6,4%, sehingga dari hasil tersebut berarti masih ada faktor lain yang mempengaruhi kecemasan moral sebesar 93,6%.

 

Apa kesimpulan yang Anda peroleh dari penelitian ini?

 

 

HUBUNGAN TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN MORAL MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS WANGSA MANGGALA

BAB  I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang Masalah

Sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan (leading sector) disamping industri kecil dan agro industri, merupakan suatu instrumen untuk menghasilkan devisa dan sekaligus diharapkan akan memperluas dan meratakan kesempatan berusaha, lapangan kerja serta memupuk rasa cinta tanah air.  Pariwisata adalah suatu fenomena yang ditimbulkan oleh salah satu bentuk kegiatan manusia, yaitu kegiatan yang disebut perjalanan (travel), maka perjalanan yang dikategorikan sebagai kegiatan wisata dapat dirumuskan sebagai berikut; “….Perjalanan dan persinggahan yang dilakukan oleh manusia di luar tempat tinggalnya untuk berbagai maksud dan tujuan, tetapi bukan untuk tinggal menetap di tempat yang dikunjungi atau disinggahi, atau untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan dengan mendapatkan “upah“. Rumusan tersebut didasarkan atas definisi tentang pengertian pariwisata yang dirumuskan oleh dua pakar pariwisata berkebangsaan Swiss, Prof. Hunziker dan Prof. Krapf (dalam Kodhyat, 1996). Kedua pakar tersebut memberikan rumusan sebagai berikut :

Pariwisata adalah keseluruhan (gejala) dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya dengan maksud bukan untuk tinggal menetap (di tempat yang disinggahinya) dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah.

Dari pengertian pariwisata di atas, dapat diketahui bahwa pariwisata bukan merupakan kegiatan yang menghasilkan upah, sebaliknya dengan mengadakan perjalanan pariwisata, maka seseorang akan mengeluarkan biaya. Biaya-biaya dimaksud antara lain biaya konsumsi, biaya menginap, biaya transportasi, dan biaya-biaya lainnya. Biaya ini dikeluarkan sesuai dengan sarana yang digunakan oleh wisatawan ketika melakukan kunjungan wisata.

Berkaitan dengan itulah, maka kunjungan wisatawan mempunyai dampak ekonomi kepada daerah tujuan wisata yang didatangi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung adalah dengan adanya kunjungan wisatawan, maka akan menciptakan permintaan terhadap fasilitas-fasilitas  yang berkaitan dengan jasa industri pariwisata seperti hotel/losmen melati, rumah makan, sarana angkutan/travel biro dan jenis hiburan lainnya. Dengan adanya kegiatan pemenuhan kebutuhan wisatawan ini, akan meningkatkan pendapatan masyarakat (Yoeti, 1999). Dampak tidak langsung adalah perkembangan di bidang pariwisata akan meningkatkan juga bidang-bidang lainnya.

Fenomena peningkatan pendapatan yang diperoleh dari kunjungan wisatawan dapat dilihat dari pengalaman Bali sebagai daerah tujuan wisata yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Dari tahun ke tahun jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali semakin bertambah sejak lebih dari tiga dasawarsa. Sektor pariwisata dinilai sangat besar kontribusinya dalam pembangunan Bali. Peningkatan pendapatan per kapita penduduk Bali, mulai dari sekitar 70 dolar AS per kapita di tahun 1969 menjadi rata-rata 1200 dolar AS dimasa sebelum krisis ekonomi, dan sekarang sekitar 500 dolar AS. Hal ini membuktikan betapa besar pengaruh industri pariwisata bagi penduduk Bali (Karsadi, dkk., 2002).

Pariwisata dan sektor pendukungnya selama ini memang menjadi lokomotif ekonomi Bali. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali banyak dihasilkan dari sektor pariwisata. Wisatawan asing yang datang ke Bali mencapai jutaan orang per tahun. Mereka pada umumnya tinggal selama rata-rata 10 hari. Uang yang dibelanjakan antara 80 – 200 dolar AS per hari, dan untuk tempat tinggal mereka selama di Bali, mereka menginap di hotel, penginapan, dan pondok wisata. Tingkat hunian masing-masing jenis penginapan tersebut rata-rata mencapai 61 persen (Karsadi, dkk., 2002).

Namun sejak ledakan bom Sabtu malam tanggal 12 Oktober 2002 di Kuta Bali segalanya berubah. Ratusan orang tewas, sebagian besar korban adalah turis asing yang tengah menikmati kegembiraan. Bali yang dibangga-banggakan sebagai wilayah yang aman dan tenteram ternyata dijadikan target oleh teroris. Sektor pariwisata bali langsung terpukul. Ribuan turis asing membatalkan kunjungan ke Bali. Warga asing pun diminta Pemerintahnya masing-masing untuk hati-hati ke Bali yang dinilai tidak aman. Akibatnya, jumlah kunjungan wisatawan ke Bali langsung turun drastis selama beberapa bulan. Tingkat hunian hotel melorot sampai hanya menjadi 5,89 persen (Karsadi, dkk., 2002).

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa masalah keamanan sangat penting bagi wisatawan. Tujuan mereka berwisata adalah untuk melepas lelah dari segala rutinitas sehari-hari dan mendapatkan kesenangan, sehingga jika perjanlanan wisata mereka diwarnai keresahan karena tidak amannya daerah tujuan wisata yang mereka kunjungi, maka pastilah mereka tidak mau mengunjungi daerah wisata yang tidak aman itu.

Atas dasar keinginan untuk meningkatkan keamanan para wisatawan yang berkunjung ke daerah kunjungan wisata, maka diadakanlah Polisi Pariwisata. Polisi Pariwisata ini merupakan polisi yang khusus ditugaskan untuk mengamankan dan memperlancar kegiatan wisata yang dilakukan oleh para wisatawan.

pariwisata telah terbukti mampu memberi dampak positif dengan adanya perubahan yang besar dalam  kehidupan masyarakat. Secara ekonomi pariwisata memberi dampak dalam perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja, peningkatan income per kapita dan peningkatan devisa negara. Dalam bidang kehidupan sosial terjadi interaksi sosial budaya antara pendatang dan penduduk setempat sehingga dapat menyebabkan perubahan dalam way of life masyarakat serta terjadinya integrasi sosial.

Mengingat parisiwata memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pemasukan masyarakat, maka pemerintah menggalakkan sektor parisiwata dengan brusaha memenuhi apa yang menjadi kebutuhan wisatawan. Salah satu kebutuhan wisatawan adalah rasa aman dalam berwisata.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara religiusitas dengan kecemasan moral di kalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta.

 

B.  Tujuan dan Manfaat Penelitian

            Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan antara tingkat religiusitas dengan kecemasan moral mahasiswa. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah mampu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun manfaat praktis, yaitu:

1.   Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah teoritis khususnya dalam bidang psikologi klinis dan psikologi islami.

 

2.   Manfaat Praktis

Hasil   penelitian   ini   dapat   digunakan  sebagai  pengetahuan  praktis  untuk

mengetahui tingkat kecemasan moral dan religiusitas di kalangan mahasiswa Universitas Wangsa Manggala pada khususnya, dan remaja pada umumnya.